
Tunggu Data Neraca Dagang, Rupiah Batal Menguat
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 October 2019 08:20

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun penguatan tersebut ternyata fana belaka.
Pada Selasa (15/10/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.130 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun penguatan rupiah tidak bertahan lama. Pada pukul 08:04 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.135, sama persis dengan posisi penutupan kemarin alias stagnan. Penguatan rupiah sudah habis.
Pagi ini, mata uang utama Asia masih cenderung menguat terhadap dolar AS. Hanya rupee India yang masih melemah, itu pun karena pasar keuangan Negeri Bollywood belum dibuka sehingga rupee mencerminkan posisi kemarin.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:06 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sepertinya faktor domestik menahan penguatan rupiah. Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional periode September.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,1% year-on-year (YoY). Sementara impor diperkirakan mengalami kontraksi 4,5% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 104,2 juta.
Jika realisasinya sesuai dengan ekspektasi, maka kinerja perdagangan bakal membaik dibandingkan Agustus. Kala itu, ekspor terkontraksi 9,99%, impor turun 15,6%, dan neraca perdagangan surplus tipis US$ 85,1 juta.
Pada Juli, neraca perdagangan Indonesia defisit tipis US$ 60 juta, kemudian pada Agustus surplus terbatas di kisaran US$ 80 juta. Jadi kalau September surplus lagi, maka neraca perdagangan sepanjang kuartal III-2019 akan berada di teritori positif. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit US$ 1,77 miliar.
Artinya, ada harapan transaksi berjalan (current account) pada kuartal III-2019 juga lebih baik ketimbang kuartal II-2019 yang minus 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa yang lebih memadai tersebut menjadi modal bagi rupiah.
Meski aura yang terbentuk cukup positif, tetapi itu masih di atas kertas. Masih ekspektasi, belum realisasi. Oleh karena itu, pelaku pasar akan menunggu rilis dari BPS sebelum menentukan langkah berikutnya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (15/10/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.130 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun penguatan rupiah tidak bertahan lama. Pada pukul 08:04 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.135, sama persis dengan posisi penutupan kemarin alias stagnan. Penguatan rupiah sudah habis.
Pagi ini, mata uang utama Asia masih cenderung menguat terhadap dolar AS. Hanya rupee India yang masih melemah, itu pun karena pasar keuangan Negeri Bollywood belum dibuka sehingga rupee mencerminkan posisi kemarin.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:06 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sepertinya faktor domestik menahan penguatan rupiah. Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional periode September.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,1% year-on-year (YoY). Sementara impor diperkirakan mengalami kontraksi 4,5% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 104,2 juta.
Jika realisasinya sesuai dengan ekspektasi, maka kinerja perdagangan bakal membaik dibandingkan Agustus. Kala itu, ekspor terkontraksi 9,99%, impor turun 15,6%, dan neraca perdagangan surplus tipis US$ 85,1 juta.
Pada Juli, neraca perdagangan Indonesia defisit tipis US$ 60 juta, kemudian pada Agustus surplus terbatas di kisaran US$ 80 juta. Jadi kalau September surplus lagi, maka neraca perdagangan sepanjang kuartal III-2019 akan berada di teritori positif. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit US$ 1,77 miliar.
Artinya, ada harapan transaksi berjalan (current account) pada kuartal III-2019 juga lebih baik ketimbang kuartal II-2019 yang minus 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa yang lebih memadai tersebut menjadi modal bagi rupiah.
Meski aura yang terbentuk cukup positif, tetapi itu masih di atas kertas. Masih ekspektasi, belum realisasi. Oleh karena itu, pelaku pasar akan menunggu rilis dari BPS sebelum menentukan langkah berikutnya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular