
Bangkit, Kapitalisasi Pasar GGRM Tembus Lagi Rp 100 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Semakin harmonisnya hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan China membawa pengaruh yang positif bagi pergerakan saham-saham di bursa. Termasuk kapitalisasi pasar (market capitalization/market cap) PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang naik signifikan meski dihantui kenaikan cukai rokok.
Sepanjang pekan kemarin, ada 11 emiten yang kapitalisasi pasarnya di atas Rp 100 triliun atau tergolong saham elit. Adapun GGRM naik paling tinggi dengan apresiasi 3.450 poin atau 6,97% pada harga Rp 52.950/saham, sehingga sahamnya kembali masuk jajaran saham elit karena kapitalisasinya naik menjadi Rp 101,88 triliun.
Pada posisi pertama saham elit masih diduduki PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan market cap mencapai Rp 745,2 triliun atau setara 10,66% dari IHSG. Nilai kapitalisasi bank milik grup Djarum tersebut sekaligus menjadi yang terbesar di bursa saat ini. Sepekan kemarin sahamnya naik 400 poin atau 1,32% pada harga Rp 30.625/saham.
Sedangkan pada peringkat kedua, masih ditempati PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan kapitalisasi Rp 483,52 triliun setara 6,87% bobot IHSG. Kinerja Bank BRI sepanjang minggu kemarin turun tipis hanya 30 poin atau 0,76% pada Rp 3.920/saham.
Berikut data lengkap emiten-emiten elit bursa dengan market cap tertinggi:
Seperti diketahui, Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengumumkan kenaikan cukai rokok yang berlaku per 1 Januari 2020. untuk cukai rokok, besaran kenaikannya mencapai 23%, sedangkan untuk Harga Jual Eceran (HJE) sebesar 35%. Akibatnya, saham GGRM dan HMSP tertekan.
Namun, kuatnya sentimen positif dari hasil perundingan AS-China yang berjalan secara baik, membuat saham-saham dengan kapitalisasi besar kembali diburu oleh para investor termasuk GGRM yang tertekan lumayan dalam.
Presiden Donald Trump mengatakan bahwa China dan AS telah mencapai kesepakatan dagang fase pertama, Pemerintahannya pun kembali menunda kenaikan tarif yang sejatinya akan diberlakukan minggu depan.
Pada fase pertama ini, China akan membeli US$ 40 miliar-US$ 50 miliar produk pertanian A.S. Trump juga mengatakan bahwa kesepakatan itu mencakup masalah devaluasi Yuan. Sebagai gantinya, AS sepakat untuk menunda kenaikan tarif yang akan diberlakukan Selasa (15/10/2019) terhadap US$ 250 miliar barang China dari sebelumnya 25% menjadi 30%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Pabriknya Kebakaran, Siapa Pemilik Gudang Garam (GGRM)?