Ulasan Teknikal Saham

Saham Astra Terus Tertekan, Sampai Mana Batas Penurunannya?

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
08 October 2019 14:53
Turunnya permintaan akan otomotif khususnya kendaraan roda empat semakin menekan harga saham ASII di bursa.
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi

Jakarta, CNBC Indonesia - Turunnya permintaan akan otomotif khususnya kendaraan roda empat semakin menekan harga saham PT Astra International Tbk (ASII) di bursa. Sejak awal tahun, saham ASII sudah terkoreksi 23,4%.

Data bursa mencatat saham ASII hingga pukul 14:30 WIB pada Selasa (8/10/2019) mengalami penurunan 25 poin atau 0,4% pada harga Rp 6.300/saham. Transaksinya mencapai 11,7 juta unit saham senilai Rp 74,3 miliar.

Secara teknikal, saham tersebut sedang dalam tren penurunan (downtrend) jika dilihat sejak awal tahun yang terlihat dari pucuk-pucuk harganya yang bergerak lebih rendah (lower high).

Dalam jangka pendek saham penguasa otomotif terbesar tersebut juga sedang diliputi penurunan, pasalnya posisi harganya saat ini yang bergerak di bawah rata-rata harganya dala lima hari terakhir (moving average/MA5).

Sampai level berapa batas penurunannya? Berdasarkan indikator teknikal Relative Strength Index (RSI), saham tersebut diperkirakan hampir mencapai level jenuh jualnya (oversold) sehingga potensi penurunannya secara jangka pendek sebenarnya mulai terbatas.

Pada tanggal 22 Agustus, harga saham terendahnya pernah menyentuh Rp 6.250/saham dan kemudian berbalik naik, sehingga level tersebut bisa dikatakan sebagai batas harga penahan koreksi (support) terdekat. Jika tertembus, level harga Rp 6.000 diyakini mampu sebagai penahan selanjutnya.

Sumber: Tim Riset CNBC Indonesia, Refinitiv

Data Refiitiv mencatat pada bulan Agustus penjualan mobil Astra turun 11,5% (year on year/YOY) menjadi 90.403 unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 102.197 unit. Meski turun secara tahunan, secara bulanan ada kenaikan penjualan sebesar 1.298 unit.

Sejatinya penjualan mobil yang lesu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia akibat perang dagang AS-China dan ketatnya regulasi kendaraan listrik yang membuat perusahaan harus mengeluarkan kocek tebal.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular