
Start Buruk Awal Pekan, Waspada Penurunan Lanjutan IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengawali start yang kurang baik dengan kehilangan 60 poin atau 1% ke level 6.000,58 pada Senin (7/10/2019).
Secara teknikal, tekanan pada IHSG diperkirakan berlanjut seiring terbentuknya pola bearish harami yang memberikan sinyal-sinyal pelemahan. Selain itu, IHSG masih bergerak di bawah nilai rata-ratanya selama lima hari terakhir (moving average/MA5), sehingga memiliki kecenderungan turun dalam jangka pendek.
Meski IHSG sudah memasuki wilayah jenuh jualnya (oversold) menurut indikator Relative Strength Index (RSI), tetapi karena tren saat ini sedang turun, ada potensi IHSG masih akan turun menguji level support pada 6.950 esok.
![]() |
IHSG mengawali perdagangan dengan menguat 0,27% karena terbawa sentimen positif dari penguatan bursa Wall Street akhir pekan lalu. Penguatannya berlanjut hingga menit kesembilan belas menyentuh titik 6.084.
Selepas itu, IHSG semakin berangsur-angsur turun hingga sesi I ditutup dengan koreksi 0,5% ke level 6.031. Seakan tiada "rem" penahan laju penurunan, IHSG sesi II meluncur ke level terendahnya pada 5.988 pada pukul 15:41 WIB.
Beruntung investor asing yang tadinya berposisi jual menjadi berbalik arah sehingga IHSG kembali naik di atas level 6.000. Adapun asing mencatatkan beli bersih senilai Rp 57,09 miliar di pasar reguler, sedangkan transaksi IHSG hari ini mencapai 7,39 triliun.
Seperti menunggu kepastian, pelaku pasar kini menaruh harapan tinggi pada tim ekonomi di pemerintahan kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang baru. Pelaku pasar berharap, tim ekonomi ke depan, diisi oleh menteri yang memiliki kompetensi dan mampu menyelesaikan perekonomian domestik.
Selain itu faktor dari global tidak kalah pentingnya. Laporan dari CNBC International menyatakan bahwa pejabat Tiongkok semakin enggan menyetujui kesepakatan perdagangan secara keseluruhan seperti yang dinginkan Presiden Donald Trump.
Wakil Perdana Menteri Liu He, yang akan memimpin negosiasi untuk China, mengatakan kepada para pejabat tinggi bahwa tawarannya kepada AS tidak akan mencakup komitmen untuk mereformasi kebijakan industri Cina atau subsidi pemerintah, seperti dikutip dari Bloomberg (6/10/2019).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!