Analisis Teknikal

Asing Bawa Kabur Rp 421 M, Mampukan IHSG Bertahan di 6.000?

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
03 October 2019 13:35
Sepanjang sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menembus level di bawah 6.000.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta,CNBC Indonesia - Sepanjang sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menembus level di bawah 6.000. Melihat IHSG turun di bawah level psikologis, pelaku pasar memborong saham-saham diskon sehingga sesi I ditutup pada level 6.012 atau melemah 0,70%.

Nilai transaksi cukup ramai dengan mencatatkan transaksi senilai Rp 4,63 triliun, adapun investor asing masih keluar dari bursa saham dengan nilai jual bersih (net sell) mencapai Rp 421 miliar di pasar reguler. 

Sejatinya tidak hanya IHSG yang melemah, bursa utama Asia juga berguguran: Indeks Shanghai juga turun terkoreksi 0,92%, indeks Kospi anjlok 1,95%, indeks Straits Times negatif 0,95%, indeks Hang Seng terkoreksi 1,31%, dan indeks Nikkei 225 amblas 2,13%.

Secara teknikal, IHSG hari ini berpotensi tutup di zona merah, hanya saja penurunannya tidak akan sedalam kemarin. Potensi pelemahan terlihat pada grafik yang membentuk pola lilin hitam pendek (short black candle), serta masih bergerak di bawah rata-ratanya dalam lima hari terakhir (moving average/MA5).

Sedangkan potensi IHSG jatuh tidak sedalam kemarin tercermin dari ekor (shadow) yang terbentuk pada grafik candlestick, yang tercipta karena IHSG berhasil menipiskan pelemahan setelah menyentuh level terendahnya di 5.997.

Sumber: Tim Riset CNBC Indonesia, Refinitiv

IHSG memang sedang dalam tren penurunan, dengan level terendah yang pernah dicapai pada tahun ini terjadi pada tanggal 17 Mei di level 5.826. Belakangan koreksinya semakin dalam, dengan penurunan mencapai 3,4% dalam sepekan.

Bisa dibilang IHSG tertekan faktor dari dalam dan luar. Dari dalam negeri, aksi demo masih berlangsung menentang sejumlah Rancangan Undang-Undang (RUU) seperti RUU ketenagakerjaan, RUU KUHP, RUU Pertanahan, dan RUU lainnya.

Dari faktor eksternal, pelaku pasar masih mencemaskan data manufaktur dari sejumlah negara yang terus menurun. Terakhir bahkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Amerika Serikat (AS) yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) periode September berada pada angka 47,8, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1.

Selain itu, Bursa Asia juga diperberat dengan kondisi di Semenanjung Korea yang kurang kondusif. Korea Utara (Korut) mengatakan bahwa pihaknya telah berhasil melakukan uji coba penembakan tipe baru dari rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (submarine-launched ballistic missile/SLBM) dari laut di lepas pantai timurnya.

Kondisi ini dilihat oleh para analis sebagai uji coba paling provokatif oleh Korea Utara sejak memulai pembicaraan dengan AS pada 2018 lalu, tidak heran jika bursa-bursa di kawasan Asia Timur paling terdampak penurunan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular