
Data Manufaktur Buruk, Bursa Futures AS Masih 'Berduka'
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
02 October 2019 19:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan Selasa (2/10/2019), kontrak futures indeks acuan bursa saham acuan Wall Street diimplikasikan melemah signifikan seiring dengan masih tingginya kekecewaan pelaku pasar atas rilis data aktifitas manufaktur Amerika Serikat (AS) yang menyentuh titik terendah dalam satu dekade terakhir.
Hal ini semakin menambah kekhawatiran bahwa perang dagang AS dengan China terus menyakiti perekonomian Negeri Adidaya tersebut.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode September berada di 47,8 atau turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1, sebagaimana dilansir Trading Economics.
Angka PMI di bawah 50 menunjukkan industriawan tidak melakukan ekspansi. Yang lebih parah, skor 47,8 adalah capaian terendah Negeri Paman Sam sejak Juni 2009.
"Secara historis, imbal hasil di pasar modal anjlok ketika (data) manufaktur (versi) ISM turun ke level di bawah ambang batas, 50," ujar Patrik Lang, Kepala Riset Pasar Modal di Julius Baer, seperti dikutip oleh Reuters.
"Ketidakpastian seputar perang dagang AS-China jelas merupakan alasan utam pelemahan ini, dengan perusahaan yang terpapar perdagangan global semakin menunda keputusan investasi (mereka)," tambah Lang.
Lebih lanjut, data manufaktur Negeri Paman Sam menambah rentetan kekecewaan atas rilis data PMI di belahan dunia lainnya. PMI Jerman pada September tercatat 41,7, terendah sejak Juni 2009. Sementara di Inggris, PMI juga masih di bawah 50 tepatnya 48,3.
Kemudian di Italia, PMI September tercatat 47,8, turun dibandingkan Agustus yang sebesar 48,7. PMI Negeri Pizza sudah terkontraksi selama 12 bulan beruntun. Lalu di Spanyol, PMI September berada di 47,7, terendah sejak April 2013.
Pada hari ini investor akan mencermati data pertumbuhan tenaga kerja AS bulan September yang dirilis oleh Automatic Data Processing (ADP) pada pukul 19:15 WIB. Selain itu, juga akan ada rilis persediaan jumlah minyak mentah per minggu terakhir bulan September pada pukul 21:30 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Hal ini semakin menambah kekhawatiran bahwa perang dagang AS dengan China terus menyakiti perekonomian Negeri Adidaya tersebut.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode September berada di 47,8 atau turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1, sebagaimana dilansir Trading Economics.
"Secara historis, imbal hasil di pasar modal anjlok ketika (data) manufaktur (versi) ISM turun ke level di bawah ambang batas, 50," ujar Patrik Lang, Kepala Riset Pasar Modal di Julius Baer, seperti dikutip oleh Reuters.
"Ketidakpastian seputar perang dagang AS-China jelas merupakan alasan utam pelemahan ini, dengan perusahaan yang terpapar perdagangan global semakin menunda keputusan investasi (mereka)," tambah Lang.
Lebih lanjut, data manufaktur Negeri Paman Sam menambah rentetan kekecewaan atas rilis data PMI di belahan dunia lainnya. PMI Jerman pada September tercatat 41,7, terendah sejak Juni 2009. Sementara di Inggris, PMI juga masih di bawah 50 tepatnya 48,3.
Kemudian di Italia, PMI September tercatat 47,8, turun dibandingkan Agustus yang sebesar 48,7. PMI Negeri Pizza sudah terkontraksi selama 12 bulan beruntun. Lalu di Spanyol, PMI September berada di 47,7, terendah sejak April 2013.
Pada hari ini investor akan mencermati data pertumbuhan tenaga kerja AS bulan September yang dirilis oleh Automatic Data Processing (ADP) pada pukul 19:15 WIB. Selain itu, juga akan ada rilis persediaan jumlah minyak mentah per minggu terakhir bulan September pada pukul 21:30 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular