Harga Emas Turun ke Level Terendah Sejak 6 Agustus

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
01 October 2019 09:48
Minimnya risiko di pasar membuat investor enggan melirik aset aman seperti sang logam mulia.
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali turun di perdagangan pasar spot pagi ini. Minimnya risiko di pasar membuat investor enggan melirik aset aman seperti sang logam mulia.

Pada Selasa (1/10/2019) pukul 09:10 WIB, harga emas berada di US$ 1.467,71/troy ons. Turun 0,29% dibandingkan hari sebelumnya dan menyentuh titik terendah sejak 6 Agustus.



Kemarin, tersiar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump tengah membahas rencana untuk mengusir emiten asal China dari bursa saham New York alias Wall Street.

Bahkan, seperti dikutip dari Reuters, Nasdaq berupaya mempersulit perusahaan Negeri Tirai Bambu yang akan mencatatkan saham perdana. Caranya dengan memperketat aturan dan memperlambat proses perizinan.

Akan tetapi kemudian muncul bantahan dari AS. Kementerian Keuangan Negeri Adidaya menegaskan tidak ada rencana untuk mengusir perusahaan China dari lantai bursa, setidaknya dalam waktu dekat.

"Pemerintah tidak sedang mempertimbangkan melarang perusahaan China untuk mencatatkan saham di bursa AS untuk saat ini," kata Monica Crowley, Juru Bicara Kementerian Keuangan AS, seperti diwartakan Bloomberg yang kemudian dikutip oleh Reuters.

"Berita palsu (fake news)," tegas Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, mengomentari kabar rencana pencoretan emiten China dari Wall Street. Seperti dikutip dari Reuters, Navarro mengatakan bahwa kabar itu sangat tidak akurat.

Beijing, yang sudah melakukan konfirmasi ke Washington, mempertegas hal tersebut. Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan kedua negara akan berupaya mengedepankan sikap konstruktif dalam penyelesaian perselisihan.

"Memberikan tekanan bahkan memutar balik hubungan AS-China akan merusak kepentingan kedua negara dan justru menciptakan ketegangan di pasar keuangan global, perdagangan, serta pertumbuhan ekonomi. Ini tentu tidak sesuai dengan kepentingan dunia," tutur Geng, seperti diwartakan Reuters.

China pun terus menunjukkan itikad baik untuk berdamai dengan AS. Kemarin, pemerintah China menyetujui pembelian kedelai dari AS sebanyak 600.000 ton untuk pengiriman November sampai Januari 2020. Ini adalah bagian dari kuota impor 2 juta ton yang bebas bea masuk.

Hubungan AS-China yang membaik jelang dialog dagang 10-11 Oktober membuat pasar berbunga-bunga. Investor pun berani masuk ke instrumen berisiko. Tidak ada ruang bagi emas yang berstatus sebagai safe haven asset.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/aji) Next Article Cooling Down! Harga Emas Pekan Ini Turun Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular