
AS Tak Jadi Depak Emiten China, Wall Street Berpotensi Naik
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
30 September 2019 18:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham kontrak futures Amerika Serikat (AS) kompak masuk di zona hijau seiring dengan kecilnya kemungkinan Presiden AS Donald Trump akan benar-benar menghapus pencatatan saham perusahaan asal China di Wall Street.
Pada pukul 17:50 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 naik masing-masing 66,75 poin dan 9,21 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq menguat 35,42 poin.
Pada akhir pekan lalu, Presiden ke-45 Negeri Pam Sam mengancam akan menghapus pencatatan (delisting) saham-saham perusahaan China yang melantai di Wall Street dan membatasi penggunaan dana pensiun pemerintah di pasar keuangan Negeri Tiongkok.
Gedung Putih juga dikabarkan mempertimbangkan membatasi bahkan memblokir semua jenis investasi AS di China, dilansir CNBC International.
Informasi yang sama juga diberitakan Reuters, di mana salah seorang sumber mengatakan cengkeraman investasi China terutama di perusahaan teknologi, dinilai berisiko menimbulkan gangguan keamanan.
"Ini adalah salah satu prioritas utama pemerintah. Perusahaan-perusahaan China tidak patuh terhadap aturan yang ditetapkan PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) sehingga menimbulkan risiko bagi investor," ucap salah seorang sumber.
Saat ini, setidaknya ada 156 perusahaan China di bursa AS, seperti Alibaba Group Holding Limited, PetroChina Company Limited, dan Baidu Inc di New York Stock Exchange (NYSE)
Namun, Juru Bicara Kementerian Keuangan AS, Monica Crowley membantah kabar tersebut.
"Pemerintah tidak sedang mempertimbangkan melarang perusahaan China untuk mencatatkan saham di bursa AS untuk saat ini," katanya pada Bloomberg seperti dikutip Reuters, Senin (30/9/2019).
Pelaku pasar menyampaikan bahwa ancaman delisting atas saham milik perusahaan asal Negeri Tiongkok hanya salah satu taktik sebelum melanjutkan dialog dagang pekan depan.
"Ini adalah strategi yang telah kita lihat di masa lalu - menjaga tekanan sangat tinggi dan kemudian menerima apa pun kesepakatan yang mungkin (dicapai)," ujar Luca Paolini, Kepala Stratejik di Pictet Asset Management, dilansir dari Reuters.
Pada hari ini investor akan mencermati data Purchasing Manager Index (PMI) bulan September di kawasan Chicago versi ISM yang dirilis pada pukul 20:45 WIB. Selain itu juga ada rilis data indeks manufaktur bulan September versi Bank Sentral AS (The Fed) Dallas pada pukul 21:30 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Wall Street Dibuka 'Galau' di Awal Pekan, Ada Apa?
Pada pukul 17:50 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 naik masing-masing 66,75 poin dan 9,21 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq menguat 35,42 poin.
Pada akhir pekan lalu, Presiden ke-45 Negeri Pam Sam mengancam akan menghapus pencatatan (delisting) saham-saham perusahaan China yang melantai di Wall Street dan membatasi penggunaan dana pensiun pemerintah di pasar keuangan Negeri Tiongkok.
Informasi yang sama juga diberitakan Reuters, di mana salah seorang sumber mengatakan cengkeraman investasi China terutama di perusahaan teknologi, dinilai berisiko menimbulkan gangguan keamanan.
"Ini adalah salah satu prioritas utama pemerintah. Perusahaan-perusahaan China tidak patuh terhadap aturan yang ditetapkan PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) sehingga menimbulkan risiko bagi investor," ucap salah seorang sumber.
Saat ini, setidaknya ada 156 perusahaan China di bursa AS, seperti Alibaba Group Holding Limited, PetroChina Company Limited, dan Baidu Inc di New York Stock Exchange (NYSE)
Namun, Juru Bicara Kementerian Keuangan AS, Monica Crowley membantah kabar tersebut.
"Pemerintah tidak sedang mempertimbangkan melarang perusahaan China untuk mencatatkan saham di bursa AS untuk saat ini," katanya pada Bloomberg seperti dikutip Reuters, Senin (30/9/2019).
Pelaku pasar menyampaikan bahwa ancaman delisting atas saham milik perusahaan asal Negeri Tiongkok hanya salah satu taktik sebelum melanjutkan dialog dagang pekan depan.
"Ini adalah strategi yang telah kita lihat di masa lalu - menjaga tekanan sangat tinggi dan kemudian menerima apa pun kesepakatan yang mungkin (dicapai)," ujar Luca Paolini, Kepala Stratejik di Pictet Asset Management, dilansir dari Reuters.
Pada hari ini investor akan mencermati data Purchasing Manager Index (PMI) bulan September di kawasan Chicago versi ISM yang dirilis pada pukul 20:45 WIB. Selain itu juga ada rilis data indeks manufaktur bulan September versi Bank Sentral AS (The Fed) Dallas pada pukul 21:30 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Wall Street Dibuka 'Galau' di Awal Pekan, Ada Apa?
Most Popular