
Simak 5 Berita Emiten Jelang Akhir Pekan
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
27 September 2019 08:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari Kamis (26/9/2019), dengan apresiasi sebesar 0,36% ke level 6.168,67, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak sekalipun merasakan pahitnya zona merah. Per akhir sesi dua, indeks saham acuan di Indonesia tersebut melejit 1,37% ke level 6.230,33.
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga melaju di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,13%, indeks indeks Hang Seng terkerek 0,37%, dan indeks Kospi bertambah 0,05%.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Jumat (27/9/2019):
1.Garuda-Sriwijaya Pecah Kongsi? Ini Jawaban Manajemen ke BEI
Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menegaskan masih dalam pembicaraan dengan anak usahanya, PT Citilink Indonesia, sebagai pihak yang bekerjasama dengan PT Sriwijaya Air dan PT Nam Air (Sriwijaya Group) di tengah kabar pecah kongsi antara kedua grup maskapai penerbangan ini. Ketegangan kedua grup ini memuncak ketika Dewan Komisaris Sriwijaya Air memutuskan untuk melakukan perombakan di jajaran direksi. Keputusan itu tertera dalam Surat Pemberitahuan dengan Nomor: 001/Plt.DZ/ET/SJ/IX/2019 yang diperoleh CNBC Indonesia, Selasa (10/9/2019).
Perombakan direksi itu dilakukan pada 9 September lalu. Adapun direktur utama dan empat anggota direksi Sriwijaya adalah wakil dari Garuda Indonesia Group mengingat pemegang saham Sriwijaya menyerahkan operasional maskapai kelas medium tersebut kepada Garuda Indonesia Group melalui Citilink Indonesia pada 9 November 2018.
Dalam surat jawaban kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) atas pertanyaan pecah kongsi tersebut, pada Rabu kemarin (25/9/2019), manajemen Garuda Group menegaskan bahwa kerja sama yang ter jalin antara Garuda dengan Sriwijaya Group adalah kerja sama melalui Citilink dengan Sriwijaya Air dan Nam Air.
2.Bayar Utang, APLN Gadaikan Central Park & Siap Rights Issue
Manajemen emiten properti PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) akhirnya mengungkapkan sumber dana yang akan digunakan perusahaan untuk membayarkan utang-utangnya.
Ternyata perusahaan telah mendapatkan pinjaman dan akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD/rights issue) dengan perolehan dana total Rp 2,57 triliun.
Berdasarkan informasi yang dirilis perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis malam (26/9/2019), perusahaan memperoleh pendanaan senilai maksimal US$ 127 juta atau Rp 1,77 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$). Fasilitas ini diperoleh dari Credit Opportunities II Pte. Limited dan kreditor lain yang difasilitasi oleh Madison Pacific Trust Limited. Perjanjian ini telah ditandatangani oleh seluruh pihak pada 24 September 2019.
BERLANJUT KE HAL 2 >>>
3.WSKT Percepat Tarik Piutang & Jual Ruas Tol
Demi menjaga keuangan tetap sehat PT Waskita Karya Tbk (WSKT) akan melakukan beberapa strategi. Salah satunya dengan mempercepat pencairan piutang turnkey serta penjualan konsesi jalan tol dan sebagian dananya akan digunakan untuk menutup utang.
Total utang WSKT melonjak tinggi menjadi Rp. 103,7 triliun per Juni 2019 atau naik 970 persen dibandigkan tahun 2014 sebesar Rp. 9,7 triliun.
Direktur Keuangan Waskita Karya Haris Gunawan membenarkan jika utang WSKT meningkat, tapi menurutnya utang bukanlah sesuatu hal yang buruk, karena perusahaan harus berani tumbuh. Pendanaan tinggi, laba tinggi, sementara dalam berbisnis tidak semuanya menggunakan modal sendiri.
"Lini bisnis WSKT selama empat tahun lalu banyak investasi di Jalan Tol. Tentu kalau ini banyak modal membangun, pengembalian investasi jalan tol paling tidak tujuh tahun. Nah ini membutuhkan modal kerja yang besar sehingga ekuitas tinggi," ungka Haris di Kompleks Kementrian BUMN, Kamis (26/9/2019).
4.Summarecon Rilis Obligasi Rp 700 M, Kuponnya 9,1-9,5%
Emiten properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) berencana menerbitkan instrumen obligasi korporasi dengan nilai emisi Rp 700 miliar. Dana hasil penerbitan obligasi ini akan dipakai untuk modal kerja perseroan dan entitas anak.
Mengacu prospektus Bursa Efek Indonesia, Kamis (26/9/2019), Obligasi Berkelanjutan III Tahap II tahun 2019 yang akan ditawarkan pada 4-7 Oktober mendatang ini menjadi bagian dari penawaran umum obligasi berkelanjutan SMRA senilai total Rp3,5 triliun. Pada tahap pertama, SMRA telah menerbitkan obligasi senilai Rp 416 miliar.
Dalam prospektus disebutkan, obligasi ini terbagi dalam dua dua seri, yakni seri A senilai Rp 500 miliar berjangka waktu 3 tahun dengan kupon 9,125% per tahun, dan Seri B sebesar Rp 200 miliar dengan kupon 9,50% per tahun bertenor 5 tahun.
Dana dari penerbitan obligasi ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi akan digunakan untuk modal kerja perseroan dan anak usaha perseroan. Penjatahan dan distribusi obligasi secara elektronik pada 8 dan 10 Oktober 2019. Adapun pencatatan obligasi SMRA di BEI pada 11 Oktober 2019.
5.Adinda Bakrie Buka-bukaan Soal Arah Baru Bisnis EMP
Adinda Bakrie buka-bukaan soal strategi bisnis PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) ke depan. Sebagai generasi ketiga dari keluarga bisnis Grup Bakrie dan milenial, Adinda menyiratkan perseroan akan lebih strategis dan ekspansif ke bisnis baru.
Saat ini Adinda dipercaya memegang anak usaha EMP yakni EMP Mining Overseas Pte Ltd yang berfokus pada pertambangan mineral.
"Kami ekspansi ke Mozambik untuk mencari mineral graphite [grafit] dan rare earth mineral, untuk graphite kemungkinan bisa eksplorasi dalam waktu dekat, Oktober paling cepat," kata Dinda, panggilan akrabnya, saat dijumpai di kantornya, Kamis (26/9/2019).
Wanita yang kini berusia 37 tahun ini menuturkan, perusahaan tertarik menambang grafit karena mineral ini bisa menjadi substitusi lithium untuk kendaraan listrik. "Untuk graphite ternyata diketahui daya tahannya lebih lama ketimbang lithium," kata Dinda.
(sef/sef) Next Article Galau Tunggu Hasil PDB, Ini Saham Pilihannya
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga melaju di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,13%, indeks indeks Hang Seng terkerek 0,37%, dan indeks Kospi bertambah 0,05%.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Jumat (27/9/2019):
1.Garuda-Sriwijaya Pecah Kongsi? Ini Jawaban Manajemen ke BEI
Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menegaskan masih dalam pembicaraan dengan anak usahanya, PT Citilink Indonesia, sebagai pihak yang bekerjasama dengan PT Sriwijaya Air dan PT Nam Air (Sriwijaya Group) di tengah kabar pecah kongsi antara kedua grup maskapai penerbangan ini. Ketegangan kedua grup ini memuncak ketika Dewan Komisaris Sriwijaya Air memutuskan untuk melakukan perombakan di jajaran direksi. Keputusan itu tertera dalam Surat Pemberitahuan dengan Nomor: 001/Plt.DZ/ET/SJ/IX/2019 yang diperoleh CNBC Indonesia, Selasa (10/9/2019).
Perombakan direksi itu dilakukan pada 9 September lalu. Adapun direktur utama dan empat anggota direksi Sriwijaya adalah wakil dari Garuda Indonesia Group mengingat pemegang saham Sriwijaya menyerahkan operasional maskapai kelas medium tersebut kepada Garuda Indonesia Group melalui Citilink Indonesia pada 9 November 2018.
Dalam surat jawaban kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) atas pertanyaan pecah kongsi tersebut, pada Rabu kemarin (25/9/2019), manajemen Garuda Group menegaskan bahwa kerja sama yang ter jalin antara Garuda dengan Sriwijaya Group adalah kerja sama melalui Citilink dengan Sriwijaya Air dan Nam Air.
2.Bayar Utang, APLN Gadaikan Central Park & Siap Rights Issue
Manajemen emiten properti PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) akhirnya mengungkapkan sumber dana yang akan digunakan perusahaan untuk membayarkan utang-utangnya.
Ternyata perusahaan telah mendapatkan pinjaman dan akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD/rights issue) dengan perolehan dana total Rp 2,57 triliun.
Berdasarkan informasi yang dirilis perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis malam (26/9/2019), perusahaan memperoleh pendanaan senilai maksimal US$ 127 juta atau Rp 1,77 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$). Fasilitas ini diperoleh dari Credit Opportunities II Pte. Limited dan kreditor lain yang difasilitasi oleh Madison Pacific Trust Limited. Perjanjian ini telah ditandatangani oleh seluruh pihak pada 24 September 2019.
BERLANJUT KE HAL 2 >>>
Demi menjaga keuangan tetap sehat PT Waskita Karya Tbk (WSKT) akan melakukan beberapa strategi. Salah satunya dengan mempercepat pencairan piutang turnkey serta penjualan konsesi jalan tol dan sebagian dananya akan digunakan untuk menutup utang.
Total utang WSKT melonjak tinggi menjadi Rp. 103,7 triliun per Juni 2019 atau naik 970 persen dibandigkan tahun 2014 sebesar Rp. 9,7 triliun.
Direktur Keuangan Waskita Karya Haris Gunawan membenarkan jika utang WSKT meningkat, tapi menurutnya utang bukanlah sesuatu hal yang buruk, karena perusahaan harus berani tumbuh. Pendanaan tinggi, laba tinggi, sementara dalam berbisnis tidak semuanya menggunakan modal sendiri.
"Lini bisnis WSKT selama empat tahun lalu banyak investasi di Jalan Tol. Tentu kalau ini banyak modal membangun, pengembalian investasi jalan tol paling tidak tujuh tahun. Nah ini membutuhkan modal kerja yang besar sehingga ekuitas tinggi," ungka Haris di Kompleks Kementrian BUMN, Kamis (26/9/2019).
4.Summarecon Rilis Obligasi Rp 700 M, Kuponnya 9,1-9,5%
Emiten properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) berencana menerbitkan instrumen obligasi korporasi dengan nilai emisi Rp 700 miliar. Dana hasil penerbitan obligasi ini akan dipakai untuk modal kerja perseroan dan entitas anak.
Mengacu prospektus Bursa Efek Indonesia, Kamis (26/9/2019), Obligasi Berkelanjutan III Tahap II tahun 2019 yang akan ditawarkan pada 4-7 Oktober mendatang ini menjadi bagian dari penawaran umum obligasi berkelanjutan SMRA senilai total Rp3,5 triliun. Pada tahap pertama, SMRA telah menerbitkan obligasi senilai Rp 416 miliar.
Dalam prospektus disebutkan, obligasi ini terbagi dalam dua dua seri, yakni seri A senilai Rp 500 miliar berjangka waktu 3 tahun dengan kupon 9,125% per tahun, dan Seri B sebesar Rp 200 miliar dengan kupon 9,50% per tahun bertenor 5 tahun.
Dana dari penerbitan obligasi ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi akan digunakan untuk modal kerja perseroan dan anak usaha perseroan. Penjatahan dan distribusi obligasi secara elektronik pada 8 dan 10 Oktober 2019. Adapun pencatatan obligasi SMRA di BEI pada 11 Oktober 2019.
5.Adinda Bakrie Buka-bukaan Soal Arah Baru Bisnis EMP
Adinda Bakrie buka-bukaan soal strategi bisnis PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) ke depan. Sebagai generasi ketiga dari keluarga bisnis Grup Bakrie dan milenial, Adinda menyiratkan perseroan akan lebih strategis dan ekspansif ke bisnis baru.
Saat ini Adinda dipercaya memegang anak usaha EMP yakni EMP Mining Overseas Pte Ltd yang berfokus pada pertambangan mineral.
"Kami ekspansi ke Mozambik untuk mencari mineral graphite [grafit] dan rare earth mineral, untuk graphite kemungkinan bisa eksplorasi dalam waktu dekat, Oktober paling cepat," kata Dinda, panggilan akrabnya, saat dijumpai di kantornya, Kamis (26/9/2019).
Wanita yang kini berusia 37 tahun ini menuturkan, perusahaan tertarik menambang grafit karena mineral ini bisa menjadi substitusi lithium untuk kendaraan listrik. "Untuk graphite ternyata diketahui daya tahannya lebih lama ketimbang lithium," kata Dinda.
(sef/sef) Next Article Galau Tunggu Hasil PDB, Ini Saham Pilihannya
Most Popular