AS-China Kian Dekati Kesepakatan Dagang, Bursa Asia Menghijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 September 2019 17:10
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini, Kamis (26/9/2019), di zona hijau.
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini, Kamis (26/9/2019), di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,13%, indeks indeks Hang Seng terkerek 0,37%, dan indeks Kospi bertambah 0,05%.

Koreksi yang sudah terjadi pada perdagangan kemarin (25/9/2019) membuka ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli pada hari ini. Pada perdagangan kemarin, indeks Nikkei ditutup turun 0,36%, indeks Hang Seng anjlok 1,28%, dan indeks Kospi berkurang 1,32%.

Pada perdagangan kemarin, bursa saham Asia diterpa tekanan jual seiring dengan perekonomian China yang ternyata sedang babak belur. Menurut Beige Book yang dipublikasikan kemarin, perekonomian China pada kuartal III-2019 berada di posisi terlemahnya selama tahun 2019. Lemahnya perekonomian China terjadi seiring dengan adanya kontraksi di sektor manufaktur dan jasa.

Menurut laporan tersebut, lemahnya perekonomian China pada saat ini utamanya disebabkan oleh aktivitas di sektor manufaktur yang tak bergairah. Laporan tersebut kemudian memaparkan bahwa penjualan dari perusahaan-perusahaan sektor manufaktur, laba bersih, volume penjualan, dan harga jual jatuh hingga dua digit jika dibandingkan dengan kuartal II-2019.

Sementara itu, sektor jasa tercatat terus-menerus membukukan pelemahan, dengan penjualan dan laba bersih pada kuartal III-2019 jatuh jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rekrutmen karyawan melambat, mengindikasikan bahwa jika sektor manufaktur harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar, sektor jasa tak memiliki kapasitas untuk menyerapnya.

Untuk diketahui, Beige Book disusun berdasarkan wawancara dengan lebih dari 3.300 perusahaan di China. Periode wawancara untuk Beige Book edisi terbaru ini adalah pertengahan Agsutus hingga pertengahan September.

Lebih lanjut, kehadiran asa damai dagang AS-China yang kian terasa juga menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Asia. Kemarin waktu setempat, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa datang lebih cepat "dari yang Anda pikirkan," dilansir dari CNBC International.

Komentar dari Trump ini lantas melengkapi sentimen positif terkait dengan perkembangan hubungan AS-China di bidang perdagangan. Sebelumnya, pemberitaan dari Bloomberg menyebut bahwa China kini tengah bersiap untuk meningkatkan pembelian daging babi asal AS.

Saat ini, perusahaan-perusahaan asal China telah menanyakan harga kepada eksportir daging babi asal AS seperti Smithfield Foods dan Tyson Foods, seperti dilansir oleh Bloomberg dari sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut. Hingga saat ini, volume pembelian belum difinalisasikan, namun sumber tersebut menyebut bahwa jumlahnya bisa jadi berada di kisaran 100.000 ton, di mana sebagian akan dialokasikan untuk keperluan cadangan.

Sejatinya, pembelian daging babi asal AS dengan volume yang lebih besar tersebut datang kala China selaku negara konsumen daging babi terbesar dunia memang membutuhkan pasokan tambahan. Pada tahun ini, harga daging babi di China telah meroket lebih dari 70% seiring dengan merebaknya wabah flu babi Afrika.

Namun, keputusan dari China ini juga dipandang sebagai etikat baik dari Beijing menjelang negosiasi dagang tingkat tinggi antar kedua negara yang rencananya akan digelar sekitar tanggal 10 Oktober.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kesepakatan Dagang Tahap Satu Diteken, Bursa Asia Kompak Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular