
Ekonomi China Babak Belur, Bursa Saham Asia Tumbang!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 September 2019 17:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak menutup perdagangan hari ini, Rabu (25/9/2019), di zona merah: indeks Nikkei turun 0,36%, indeks Shanghai ambruk 1%, indeks Hang Seng anjlok 1,28%, indeks Straits Times melemah 0,94%, dan indeks Kospi berkurang 1,32%.
Bursa saham Benua Kuning melemah kala asa damai dagang AS-China sejatinya cukup terasa. Kemarin pagi waktu Indonesia (24/9/2019), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa batalnya kunjungan delegasi China ke ladang pertanian di AS merupakan inisiasi dari pihak AS.
"Itu sebenarnya merupakan permintaan dari kami sehingga mereka menundanya (kunjungan ke ladang pertanian di AS)," kata Mnuchin, dilansir dari CNBC Internasional.
Mantan bankir Goldman Sachs tersebut juga mengungkapkan bahwa pihak China akan menjadwalkan ulang kunjungan ke ladang pertanian di AS.
"Mereka akan mengatur ulang kunjungan itu untuk lain waktu. Waktunya tidak pas, tetapi itu murni karena permintaan kami."
Sekedar mengingatkan, sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa AS dan China akan sulit untuk meneken kesepakatan dagang dalam waktu dekat.
Kekhawatiran tersebut muncul pasca delegasi China membatalkan kunjungan ke ladang pertanian di AS. Sejatinya, kunjungan tersebut dijadwalkan pasca kedua belah pihak selesai melakukan perbincangan selama dua hari di Washington pada hari Kamis (19/9/2019) dan Jumat (20/9/2019).
Dalam negosiasi setingkat wakil menteri yang berlangsung selama dua hari tersebut, delegasi China dipimpin oleh Liao Min selaku Deputi Direktur dari Office of the Central Commission for Financial and Economic Affairs dan juga Wakil Menteri Keuangan China. Sementara itu, AS mengutus Jeffrey Gerrish selaku Deputi Kantor Perwakilan Dagang AS.
Pelaku pasar berspekulasi bahwa perbincangan di Washington tak berlangsung dengan mulus sehingga delegasi China memilih untuk kembali ke negara asalnya lebih cepat dari yang dijadwalkan.
Sebelum Mnuchin menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi, pihak China sudah terlebih dulu mencoba meredam kekhawatiran yang beredar dengan mengatakan bahwa perbincangan pada pekan lalu di AS berlangsung dengan konstruktif, dilansir dari Bloomberg.
Kini, pelaku pasar tampak menantikan perkembangan lebih lanjut yang lebih konkret terkait dengan kesepakatan dagang kedua negara. Alhasil, aksi jual dilakukan di bursa saham Asia.
Lebih lanjut, aksi jual di bursa saham Asia juga dipicu oleh perekonomian China yang ternyata sedang babak belur. Menurut Beige Book yang dipublikasikan pada hari ini, perekonomian China pada kuartal III-2019 berada di posisi terlemahnya selama tahun 2019. Lemahnya perekonomian China terjadi seiring dengan adanya kontraksi di sektor manufaktur dan jasa.
Menurut laporan tersebut, lemahnya perekonomian China pada saat ini utamanya disebabkan oleh aktivitas di sektor manufaktur yang tak bergairah. Laporan tersebut kemudian memaparkan bahwa penjualan dari perusahaan-perusahaan sektor manufaktur, laba bersih, volume penjualan, dan harga jual jatuh hingga dua digit jika dibandingkan dengan kuartal II-2019.
Harga jual di tingkat pabrik tercatat telah berhenti naik pada bulan Juni, sebelum kemudian jatuh pada bulan Juli dan Agustus. Kejatuhan harga jual ini kemudian menekan penjualan dan laba bersih, yang pada akhirnya akan membatasi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi dan memenuhi kewajiban utangnya.
Sementara itu, sektor jasa tercatat terus-menerus membukukan pelemahan, dengan penjualan dan laba bersih pada kuartal III-2019 jatuh jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rekrutmen karyawan melambat, mengindikasikan bahwa jika sektor manufaktur harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar, sektor jasa tak memiliki kapasitas untuk menyerapnya.
Untuk diketahui, Beige Book disusun berdasarkan wawancara dengan lebih dari 3.300 perusahaan di China. Periode wawancara untuk Beige Book edisi terbaru ini adalah pertengahan Agsutus hingga pertengahan September.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Bursa saham Benua Kuning melemah kala asa damai dagang AS-China sejatinya cukup terasa. Kemarin pagi waktu Indonesia (24/9/2019), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa batalnya kunjungan delegasi China ke ladang pertanian di AS merupakan inisiasi dari pihak AS.
"Itu sebenarnya merupakan permintaan dari kami sehingga mereka menundanya (kunjungan ke ladang pertanian di AS)," kata Mnuchin, dilansir dari CNBC Internasional.
"Mereka akan mengatur ulang kunjungan itu untuk lain waktu. Waktunya tidak pas, tetapi itu murni karena permintaan kami."
Sekedar mengingatkan, sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa AS dan China akan sulit untuk meneken kesepakatan dagang dalam waktu dekat.
Kekhawatiran tersebut muncul pasca delegasi China membatalkan kunjungan ke ladang pertanian di AS. Sejatinya, kunjungan tersebut dijadwalkan pasca kedua belah pihak selesai melakukan perbincangan selama dua hari di Washington pada hari Kamis (19/9/2019) dan Jumat (20/9/2019).
Dalam negosiasi setingkat wakil menteri yang berlangsung selama dua hari tersebut, delegasi China dipimpin oleh Liao Min selaku Deputi Direktur dari Office of the Central Commission for Financial and Economic Affairs dan juga Wakil Menteri Keuangan China. Sementara itu, AS mengutus Jeffrey Gerrish selaku Deputi Kantor Perwakilan Dagang AS.
Pelaku pasar berspekulasi bahwa perbincangan di Washington tak berlangsung dengan mulus sehingga delegasi China memilih untuk kembali ke negara asalnya lebih cepat dari yang dijadwalkan.
Sebelum Mnuchin menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi, pihak China sudah terlebih dulu mencoba meredam kekhawatiran yang beredar dengan mengatakan bahwa perbincangan pada pekan lalu di AS berlangsung dengan konstruktif, dilansir dari Bloomberg.
Kini, pelaku pasar tampak menantikan perkembangan lebih lanjut yang lebih konkret terkait dengan kesepakatan dagang kedua negara. Alhasil, aksi jual dilakukan di bursa saham Asia.
Lebih lanjut, aksi jual di bursa saham Asia juga dipicu oleh perekonomian China yang ternyata sedang babak belur. Menurut Beige Book yang dipublikasikan pada hari ini, perekonomian China pada kuartal III-2019 berada di posisi terlemahnya selama tahun 2019. Lemahnya perekonomian China terjadi seiring dengan adanya kontraksi di sektor manufaktur dan jasa.
Menurut laporan tersebut, lemahnya perekonomian China pada saat ini utamanya disebabkan oleh aktivitas di sektor manufaktur yang tak bergairah. Laporan tersebut kemudian memaparkan bahwa penjualan dari perusahaan-perusahaan sektor manufaktur, laba bersih, volume penjualan, dan harga jual jatuh hingga dua digit jika dibandingkan dengan kuartal II-2019.
Harga jual di tingkat pabrik tercatat telah berhenti naik pada bulan Juni, sebelum kemudian jatuh pada bulan Juli dan Agustus. Kejatuhan harga jual ini kemudian menekan penjualan dan laba bersih, yang pada akhirnya akan membatasi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi dan memenuhi kewajiban utangnya.
Sementara itu, sektor jasa tercatat terus-menerus membukukan pelemahan, dengan penjualan dan laba bersih pada kuartal III-2019 jatuh jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rekrutmen karyawan melambat, mengindikasikan bahwa jika sektor manufaktur harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar, sektor jasa tak memiliki kapasitas untuk menyerapnya.
Untuk diketahui, Beige Book disusun berdasarkan wawancara dengan lebih dari 3.300 perusahaan di China. Periode wawancara untuk Beige Book edisi terbaru ini adalah pertengahan Agsutus hingga pertengahan September.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Most Popular