Menkeu AS Dinginkan Suasana, Bursa Saham Asia Menghijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 September 2019 17:11
Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengakhiri perdagangan hari ini di zona hijau.
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengakhiri perdagangan hari ini di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,09%, indeks Shanghai naik 0,28%, indeks Hang Seng terangkat 0,22%, indeks Straits Times terkerek 0,39%, dan indeks Kospi bertambah 0,45%.

Bursa saham utama kawasan Asia berhasil bangkit pasca kemarin (23/9/2019) sudah diterpa tekanan jual. Kemarin, tekanan jual bagi bursa saham Asia datang dari memudarnya asa damai dagang AS-China.

Pada pekan kemarin tepatnya di hari Kamis (19/9/2019) dan Jumat (20/9/2019), delegasi setingkat wakil menteri dari pihak AS dan China menggelar perundingan di Washington guna merumuskan dasar untuk negosiasi tingkat tinggi yang rencananya akan digelar pada bulan depan.

Dalam negosiasi setingkat wakil menteri yang berlangsung selama dua hari tersebut, delegasi China dipimpin oleh Liao Min selaku Deputi Direktur dari Office of the Central Commission for Financial and Economic Affairs dan juga Wakil Menteri Keuangan China. Sementara itu, AS mengutus Jeffrey Gerrish selaku Deputi Kantor Perwakilan Dagang AS.

Rencananya pasca menggelar negosiasi dagang, delegasi China akan mengunjungi ladang pertanian di Montana dan Nebraska. Namun, rencana kunjungan tersebut dibatalkan dan delegasi China kembali ke negaranya lebih cepat dari yang dijadwalkan.

Sebelumnya pada hari Kamis, Menteri Perdagangan AS Sonny Perdue mengatakan bahwa kunjungan delegasi China ke ladang pertanian di AS dimaksudkan agar pihak China bisa membangun hubungan yang baik dengan para petani di AS. 

Sejatinya, pihak China sudah mencoba meredam kekhawatiran yang beredar dengan melakukan klarifikasi atas apa yang terjadi menjelang akhir pekan. Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa perbincangan pada pekan lalu di AS berlangsung secara konstruktif, dilansir dari Bloomberg.

Namun tetap saja, pelaku pasar mulai mempertanyakan hubungan antar kedua negara di bidang perdagangan. Ada kekhawatiran bahwa dipersingkatnya kunjungan delegasi China ke AS merupakan pertanda bahwa kedua negara akan sulit untuk meneken kesepakatan dagang dalam waktu dekat.

Pada hari ini, ada perkembangan yang positif terkait dengan hal tersebut sehingga hasrat pelaku pasar untuk melakukan aksi beli di pasar saham kembali mencuat. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa batalnya kunjungan delegasi China ke ladang pertanian di AS merupakan inisiasi dari pihak AS, dilansir dari CNBC International.

"Itu sebenarnya merupakan permintaan dari kami sehingga mereka menundanya (kunjungan ke ladang pertanian di AS)," kata Mnuchin, dilansir dari CNBC Internasional.

Mantan bankir Goldman Sachs tersebut juga mengungkapkan bahwa pihak China akan menjadwalkan ulang kunjungan ke ladang pertanian di AS.

"Mereka akan mengatur ulang kunjungan itu untuk lain waktu. Waktunya tidak pas, tetapi itu murni karena permintaan kami."

Sentimen positif bagi bursa saham Asia juga datang dari rilis data ekonomi AS yang menggembirakan. Kemarin, pembacaan awal atas data Manufacturing PMI periode September 2019 diumumkan oleh IHS Markit di level 51, menandai ekspansi aktivitas manufaktur tercepat dalam lima bulan. Pada bulan Agustus, Manufacturing PMI AS berada di level 50,3.

Tak hanya aktivitas di sektor manufaktur, aktivitas di sektor jasa AS juga tercatat menggeliat. Pembacaan awal atas data Services PMI periode September 2019 diumumkan oleh IHS Markit di level 50,9, lebih tinggi dibandingkan capaian pada bulan Agustus di level 50,7.

Kala AS selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia mampu mencatatkan ekspansi aktivitas sektor manufaktur dan jasa yang pesat, tentu perekonomian dunia akan bisa dipacu untuk melaju di level yang relatif tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/ank) Next Article Kesepakatan Dagang Tahap Satu Diteken, Bursa Asia Kompak Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular