Bukan Cuma Tekstil & Baja, Industri Kimia RI juga Krisis

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 September 2019 14:38
Outlook pasar di 2019 memang kurang bagus seiring dengan lemahnya permintaan dan kecukupan pasokan.
Foto: Polyethylene Plant/Chandra Asri

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontraksi harga etilen dan polietilen di 2019 telah menyebabkan tergerusnya laba PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Outlook pasar di 2019 memang kurang bagus seiring dengan lemahnya permintaan dan pasokan yang cenderung berlebih.

Laba PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) harus rela tergerus hingga 71% (yoy). Amblasnya laba bersih secara drastis sebagian besar diakibatkan karena harga jual rata-rata produk yang lebih rendah terutama untuk produk jenis etilen dan polietilen.

Wajar saja laba bersih anjlok hingga 71,1% mengingat kontribusi penjualan etilen dan polietilen mencapai 73,88% dari pendapatan sebelum eliminasi TPIA pada semester I 2019.


Harga etilen anjlok hampir 11% pada kuartal II tahun 2019 dibandingkan kuartal sebelumnya. Tercatat harga etilen pada kuartal I 2019 mencapai US$ 930/metrik ton sedangkan pada kuartal II harganya turun menjadi US$ 828/metrik ton.

Hal yang sama juga terjadi pada harga polietilen. Harga polietilen turun menjadi US$ 1.094/metrik ton pada periode April-Juni 2019.

Pelemahan harga diakibatkan oleh menurunnya permintaan akibat sepinya aktivitas perdagangan pada periode liburan terutama di kawasan Asia Tenggara, China dan Jepang. Faktor lain yang juga turut menekan permintaan yaitu adanya perang dagang AS-China.


Penurunan permintaan tersebut tidak dibarengi dengan penurunan pasokan yang tajam, sehingga terjadi kelebihan pasokan. Sejauh ini pasokan etilen dan polietilen masih mencukupi.

Penurunan permintaan etilen dan polietilen di tahun 2019 ini sebenarnya sudah diprediksi oleh beberapa lembaga riset global. Mengutip riset S&P Global Platts, pasokan etilen di Asia meningkat 3,5% di tahun 2019 dibandingkan tahun 2018.

Peningkatan pasokan tidak dibarengi dengan adanya peningkatan permintaan yang berarti membuat harga etilen tertekan. Belum lagi spread atau selisih harga etilen dengan nafta sebagai bahan dasarnya menyempit. Spread yang menyempit berarti margin menjadi kecil dan berpotensi untuk menyebabkan pengurangan jumlah kilang yang beroperasi.

ini Yang Bikin Laba TPIA Anjlok Parah!Sumber : S&P Global

Menurut riset Wood Mackenzie, China sebagai negara importir terbesar di dunia telah memulai untuk menetapkan kebijakan untuk swasembada di sektor industri kimia dasar maupun polimer.

Studi lain yang dilakukan oleh ICIS menyebutkan bahwa permintaan etilen China di kuartal kedua tergolong rendah seiring dengan peningkatan produksi dalam negeri. Penurunan permintaan dari China diprediksi juga masih akan turun di kuartal ketiga tahun ini.

ini Yang Bikin Laba TPIA Anjlok Parah!Sumber : Wood Mackenzie

Pelemahan harga polietilen juga dipicu oleh sepinya aktivitas perdagangan selama musim liburan dan ketidakpastian karena ketegangan perang dagang AS-China. Maklum, produk industri petrokimia juga menjadi sasaran pengenaan tarif dalam perang dagang tersebut. Akibat perang dagang tersebut China memotong impor resin polietilen hingga 57% jadi 98.000 mt dibandingkan dengan kuartal ketiga.

ini Yang Bikin Laba TPIA Anjlok Parah!Sumber : China Customs 


Perlakuan tersebut juga dibalas oleh Amerika dengan mengenakan tarif impor kantung dan tas yang berbahan dasar polietilen dari China. Akibatnya impor AS untuk produk tersebut dari China terus menurun dari kuartal III 2018.

Tercatat impor tas dan kantung dari China oleh AS mengalami penurunan 19% pada kuartal IV dan berlanjut menurun 38% pada Januari 2019 dan turun lagi hingga 45% pada Februari lalu.

ini Yang Bikin Laba TPIA Anjlok Parah!Sumber : S&P Global

Pada akhirnya semua berdampak pada tertekannya harga etilen dan polietilen. Belum lagi menurunnya pasokan minyak akibat serangan drone di Arab Saudi yang masih berpotensi membuat harga si emas hitam melonjak. Potensi melonjaknya harga minyak sebagai bahan dasar tentu akan semakin menggerus margin industri petrokimia tanah air.


(TIM RISET CNBC INDONESIA)


(twg/hps) Next Article Pasca Reli 17 Hari, Saham Prajogo Pangestu Kena ARB Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular