Ulasan Teknikal IHSG

IHSG Catatkan Hat Trick Melemah Lagi, Waspada Penurunan Esok

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
23 September 2019 18:40
Dengan demikian IHSG mengalami pelemahan selama tiga hari beruntun.
Foto: Gedung Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan yang dialami Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir pekan lalu rupanya masih berlanjut hingga hari ini Senin (23/9/2019) dengan ditutup turun 25 poin atau melemah 0,41% pada level 6.206. Dengan demikian IHSG mengalami pelemahan selama tiga hari beruntun.

Secara teknikal, IHSG sedang dalam tekanan karena bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari hari perdagngan terakhir (moving average/MA5). Pola tiga awan hitam (three black crows) yang menandakan potensi penurunan lanjutan.

Hal ini diperkuat dengan indikator teknikal Moving Average Convergence/Divergence (MACD) yang bergerak di wilayah negatif dan membentuk pola death cross yang menandakan kecenderungan bergerak turun.

Sumber: Tim Riset CNBC Indonesia, Refinitiv

IHSG sebenarnya memulai perdagangan di zona positif dengan dibuka menguat sebesar 0,07%, namun penguatannya hanya berlangsung selama 40 menit pertama karena kondisi ekonomi global yang tak menentu aksi jual termasuk yang terjadi pada indeks saham di Benua Asia.

IHSG pun mengakhiri sesi I dengan pelemahan 0,29% ke level 6.213. Pada sesi II, nasib IHSG tidak lebih baik dibandingkan sesi sebelumnya hingga berakhir di zona merah. Pelakunya lagi-lagi berasal dari investor asing yang masih melepas kepemilikan sahamnya di bursa, asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) senilai Rp 289 miliar di pasar reguler.

Saham-saham yang paling banyak dilepas asing yakni: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk /INTP (Rp 96,77 miliar), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk/BBNI (Rp 44,89 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 44,47 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 41,36 miliar), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (Rp 37,29 miliar).

Perlambatan ekonomi dunia kian nyata setelah Markit mengumumkan data Purchasing Managers' Index (PMI) negara-negara Eropa yang mengalami penurunan. Dimulai dari Perancis yang manufakturnya stagnan dengan berada di angka 50,3, disusul Jerman yang berada di angka 41,4.

Uni Eropa juga tak lepas dari kontraksi, dengan angka PMI berada pada level 45,6, menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di angka 45,6. Angka di bawah 50 menjelaskan kegiatan manufaktur yang sedang lesu alias mengalami kontraksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular