
Catat! 4 Faktor Ini Bakal Bikin Dag-Dig-Dug Pasar Pekan Depan
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
22 September 2019 18:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan depan akan menjadi pekan yang berat karena tidak banyak data yang dapat membantu meniupkan sentimen positif bagi pasar saham dan keuangan domestik yang berpotensi terkoreksi karena pekan ini pasar saham domestik dan Amerika Serikat (AS) sama-sama ditutup terkontraksi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,21% pada Jumat meskipun suku bunga diturunkan Bank Indonesia maupun bank sentral AS yaitu the Fed, yang ditambah kekhawatiran pelaku pasar terhadap kebijakan moneter AS yang mengindikasikan tidak ada lagi penurunan suku bunga hingga akhir tahun. Berikut ini peristiwa yang akan dicermati pelaku pasar pekan depan.
Pertama, realisasi pertemuan tingkat menteri dari AS-China masih akan ditunggu pelaku pasar terhadap janji kedua belah pihak bulan ini. Apapun perkembangan positif dari rencana pertemuan itu, maka akan berdampak positif pada keyakinan pelaku pasar global.
Jika rencana pertemuan positif, maka akan dapat membuat pelaku pasar global melupakan kejadian pekan lalu di mana delegasi China yang sejatinya akan mengunjungi daerah pertanian di AS pulang lebih cepat daripada jadwal awal.
Kunjungan yang lebih singkat tersebut membuat kunjungan yang terjadwal tadi akhirnya batal dan membebani pasar saham AS yang dibuka menguat justru ditutup terkoreksi pada perdagangan di penghujung pekan. Indeks Dow Jones Industrial Average, Nasdaq, dan S&P 500 di Wall Street masing-masing turun 0,59%, 0,8%, dan 0,49%.
Rencananya, bulan ini pertemuan tingkat menteri akan dilangsungkan dan bulan depan akan diadakan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk membahas tarif impor yang sudah dinaikkan oleh masing-masing negara.
Kedua, perkembangan kondisi Iran dengan Arab Saudi-AS pasca penyerangan fasilitas ladang dan kilang minyak mentah di Khurais dekat Riyadh oleh peluru kendali dan pesawat nirawak (drone). Pasalnya, pengakuan pemberontak Houthi asal Yaman belum cukup meyakinkan AS, Arab Saudi, dan sekutunya yang masih menuduh Iran sebagai biang keladi penyerangan tersebut.
Tuduhan tersebut sudah ditanggapi dengan sama kerasnya oleh Teheran yang tidak ingin menerima tudingan tersebut begitu saja dengan menyatakan siap sedia menyerang balik setiap langkah agresor yang masuk ke wilayah kedaulatannya.
Dari dalam negeri, ketiga, akan keluar data penjualan motor dari pabrik ke dealer (wholesale) yang diprediksi akan dipublikasikan Senin 23 September. Data penjualan motor pada Juli 2019 mencapai 526.652 unit, naik 36,74% dari bulan Juni 385.136 unit meskipun masih turun 11,3% dari posisi Juli 2018.
Pada periode 7 bulan pertama 2019, angka penjualan mencapai 3,75 juta unit atau naik 4,36% dari periode yang sama tahun lalu. Jika datanya meningkat, maka tentu akan menyegarkan bagi saham produsen otomotif terutama PT Astra International Tbk (ASII) yang mengonsolidasi penjualan dari PT Astra Honda Motor (AHM), produsen motor Honda.
Selain itu, peningkatan penjualan motor juga akan memompa keyakinan investor terhadap daya beli masyarakat yang juga berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi.
Keempat, data pertumbuhan kredit perbankan akan diumumkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Kamis, 26 September.
Membaiknya data penyaluran kredit perbankan bukan hanya akan mengangkat saham di sektor keuangan saja tetapi juga dapat mendukung pandangan pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi domestik yang sedang haus sentimen positif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Video: Wall Street Berdarah-darah, IHSG Tumbang ke 6.700-an
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,21% pada Jumat meskipun suku bunga diturunkan Bank Indonesia maupun bank sentral AS yaitu the Fed, yang ditambah kekhawatiran pelaku pasar terhadap kebijakan moneter AS yang mengindikasikan tidak ada lagi penurunan suku bunga hingga akhir tahun. Berikut ini peristiwa yang akan dicermati pelaku pasar pekan depan.
Pertama, realisasi pertemuan tingkat menteri dari AS-China masih akan ditunggu pelaku pasar terhadap janji kedua belah pihak bulan ini. Apapun perkembangan positif dari rencana pertemuan itu, maka akan berdampak positif pada keyakinan pelaku pasar global.
Kunjungan yang lebih singkat tersebut membuat kunjungan yang terjadwal tadi akhirnya batal dan membebani pasar saham AS yang dibuka menguat justru ditutup terkoreksi pada perdagangan di penghujung pekan. Indeks Dow Jones Industrial Average, Nasdaq, dan S&P 500 di Wall Street masing-masing turun 0,59%, 0,8%, dan 0,49%.
Rencananya, bulan ini pertemuan tingkat menteri akan dilangsungkan dan bulan depan akan diadakan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk membahas tarif impor yang sudah dinaikkan oleh masing-masing negara.
Kedua, perkembangan kondisi Iran dengan Arab Saudi-AS pasca penyerangan fasilitas ladang dan kilang minyak mentah di Khurais dekat Riyadh oleh peluru kendali dan pesawat nirawak (drone). Pasalnya, pengakuan pemberontak Houthi asal Yaman belum cukup meyakinkan AS, Arab Saudi, dan sekutunya yang masih menuduh Iran sebagai biang keladi penyerangan tersebut.
Tuduhan tersebut sudah ditanggapi dengan sama kerasnya oleh Teheran yang tidak ingin menerima tudingan tersebut begitu saja dengan menyatakan siap sedia menyerang balik setiap langkah agresor yang masuk ke wilayah kedaulatannya.
Dari dalam negeri, ketiga, akan keluar data penjualan motor dari pabrik ke dealer (wholesale) yang diprediksi akan dipublikasikan Senin 23 September. Data penjualan motor pada Juli 2019 mencapai 526.652 unit, naik 36,74% dari bulan Juni 385.136 unit meskipun masih turun 11,3% dari posisi Juli 2018.
Pada periode 7 bulan pertama 2019, angka penjualan mencapai 3,75 juta unit atau naik 4,36% dari periode yang sama tahun lalu. Jika datanya meningkat, maka tentu akan menyegarkan bagi saham produsen otomotif terutama PT Astra International Tbk (ASII) yang mengonsolidasi penjualan dari PT Astra Honda Motor (AHM), produsen motor Honda.
Selain itu, peningkatan penjualan motor juga akan memompa keyakinan investor terhadap daya beli masyarakat yang juga berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi.
Keempat, data pertumbuhan kredit perbankan akan diumumkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Kamis, 26 September.
Membaiknya data penyaluran kredit perbankan bukan hanya akan mengangkat saham di sektor keuangan saja tetapi juga dapat mendukung pandangan pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi domestik yang sedang haus sentimen positif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Video: Wall Street Berdarah-darah, IHSG Tumbang ke 6.700-an
Most Popular