
Ramainya Sentimen Positif Tak Cukup Angkat Pasar Obligasi RI

Sentimen positif lain yang belum mampu mengangkat harga obligasi di pasar adalah masuknya dana investor asing ke sistem pasar surat utang yang terus mencetak rekor baru secara beruntun sejak awal pekan ini.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 3,3 basis poin (bps) menjadi 7,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Sep'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 19 Sep'19 (%) | Yield 20 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 20 Sep'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.616 | 6.622 | 0.60 | 6.5964 |
FR0078 | 10 tahun | 7.21 | 7.243 | 3.30 | 7.2 |
FR0068 | 15 tahun | 7.656 | 7.676 | 2.00 | 7.6604 |
FR0079 | 20 tahun | 7.788 | 7.804 | 1.60 | 7.7809 |
Sumber: Refinitiv, IBPA
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,24 poin (0,09%) menjadi 261,62 dari posisi kemarin 261,86.
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 545 bps, melebar dari posisi kemarin 543 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 1,7 bps hingga 1,79% dari posisi kemarin 1,77%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada beberapa pasang seri acuan, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 20 Sep'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 19 Sep'19 (%) | Yield 20 Sep'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.938 | 1.925 | 3 bulan-5 tahun | 26 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.74 | 1.747 | 2 tahun-5 tahun | 8.2 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.68 | 1.692 | 3 tahun-5 tahun | 2.7 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.648 | 1.665 | 3 bulan-10 tahun | 13.4 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.774 | 1.791 | 2 tahun-10 tahun | -4.4 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.023,87 triliun SBN, atau 38,67% dari total beredar Rp 2.647 triliun berdasarkan data per 19 September.
Angka itu menjadi posisi tertinggi baru sepanjang masa, mengalahkan rekor yang terbentuk beruntun sejak awal pekan ini.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 130,62 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,64 triliun dan sejak awal bulan sudah Rp 14,27 triliun.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,21% menjadi 6.231 untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedangkan rupiah masih menguat 0,4% menjadi Rp 14.050 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi masih terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 19 Sep'19 (%) | Yield 20 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.17 | 7.19 | 2.00 |
China | 3.137 | 3.118 | -1.90 |
Jerman | -0.508 | -0.51 | -0.20 |
Prancis | -0.211 | -0.216 | -0.50 |
Inggris | 0.637 | 0.647 | 1.00 |
India | 6.617 | 6.784 | 16.70 |
Jepang | -0.227 | -0.213 | 1.40 |
Malaysia | 3.409 | 3.442 | 3.30 |
Filipina | 4.801 | 4.823 | 2.20 |
Rusia | 7 | 7.01 | 1.00 |
Singapura | 1.748 | 1.733 | -1.50 |
Thailand | 1.555 | 1.54 | -1.50 |
Amerika Serikat | 1.774 | 1.791 | 1.70 |
Afrika Selatan | 8.2 | 8.29 | 9.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%