
Tunggu Kabar dari Timur Tengah, Harga Minyak Naik Tipis
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 September 2019 08:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak naik di perdagangan pagi hari ini. Investor sepertinya terus menunggu perkembangan di Timur Tengah.
Pada Kamis (19/9/2019) pukul 08:08 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,26%. Sedangkan light sweet bertambah 0,09%.
Pelaku pasar terus memantau perkembangan di Timur Tengah usai serangan terhadap ladang minyak milik Saudi Aramco akhir pekan lalu. Seperti diketahui, serangan tersebut mengakibatkan produksi minyak Arab Saudi berkurang 5,7 juta barel/hari.
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terus menuding Iran. Presiden AS Donald Trump melalui cuitan di Twitter menulis bahwa Washington bakal mengetatkan sanksi terhadap Teheran.
"Saya sudah menginstruksikan kepada Menteri Keuangan agar meningkatkan sanksi kepada Iran!" cuit Trump.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sejak November tahun lalu, AS melarang semua pihak yang berbisnis dengan Iran untuk berbisnis dengan AS. Termasuk jual-beli minyak.
Padahal Iran adalah salah satu produsen utama minyak dunia. Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) mencatat cadangan minyak Negeri Persia per akhir 2018 sebesar 155,6 miliar barel. Iran menempati urutan ketiga, hanya kalah dari Venezuela (302,82 miliar barel) dan Arab Saudi (267,03 miliar barel).
Ancaman sanksi baru kepada Iran, apalagi kalau terkait perdagangan minyak, tentu semakin membuat pasokan di pasar dunia berkurang. Saat pasokan berkurang, hasilnya adalah kenaikan harga.
Namun kenaikan harga si emas hitam relatif terbatas karena sejumlah negara bersedia menambal kekurangan pasokan akibat serangan di ladang Saudi Aramco. Trump sendiri telah memerintahkan agar cadangan minyak strategis Negeri Adidaya segera dikeluarkan untuk menstabilkan harga.
Langkah serupa ditempuh oleh Arab Saudi. Joint Organisations Data Initiative mencatat stok minyak Negeri Gurun Pasir pada akhir Juli adalah 180 juta barel. Stok ini lebih dari cukup untuk mengatasi kelangkaan, apalagi produksi diperkirakan kembali normal pada akhir September.
"Pasokan ke pasar akan kembali normal sebelum pukul 03:43 pada Sabtu (28 September). Saudi Aramco akan bangkit seperti burung phoenix," kata Pangeran Abdulaziz bin Salman, Menteri Energi Arab Saudi, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Harga Minus, Beli Minyak Dapat Duit!
Pada Kamis (19/9/2019) pukul 08:08 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,26%. Sedangkan light sweet bertambah 0,09%.
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terus menuding Iran. Presiden AS Donald Trump melalui cuitan di Twitter menulis bahwa Washington bakal mengetatkan sanksi terhadap Teheran.
"Saya sudah menginstruksikan kepada Menteri Keuangan agar meningkatkan sanksi kepada Iran!" cuit Trump.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sejak November tahun lalu, AS melarang semua pihak yang berbisnis dengan Iran untuk berbisnis dengan AS. Termasuk jual-beli minyak.
Padahal Iran adalah salah satu produsen utama minyak dunia. Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) mencatat cadangan minyak Negeri Persia per akhir 2018 sebesar 155,6 miliar barel. Iran menempati urutan ketiga, hanya kalah dari Venezuela (302,82 miliar barel) dan Arab Saudi (267,03 miliar barel).
Ancaman sanksi baru kepada Iran, apalagi kalau terkait perdagangan minyak, tentu semakin membuat pasokan di pasar dunia berkurang. Saat pasokan berkurang, hasilnya adalah kenaikan harga.
Namun kenaikan harga si emas hitam relatif terbatas karena sejumlah negara bersedia menambal kekurangan pasokan akibat serangan di ladang Saudi Aramco. Trump sendiri telah memerintahkan agar cadangan minyak strategis Negeri Adidaya segera dikeluarkan untuk menstabilkan harga.
Langkah serupa ditempuh oleh Arab Saudi. Joint Organisations Data Initiative mencatat stok minyak Negeri Gurun Pasir pada akhir Juli adalah 180 juta barel. Stok ini lebih dari cukup untuk mengatasi kelangkaan, apalagi produksi diperkirakan kembali normal pada akhir September.
"Pasokan ke pasar akan kembali normal sebelum pukul 03:43 pada Sabtu (28 September). Saudi Aramco akan bangkit seperti burung phoenix," kata Pangeran Abdulaziz bin Salman, Menteri Energi Arab Saudi, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Harga Minus, Beli Minyak Dapat Duit!
Most Popular