Lonjakan Harga Minyak akan Picu Koreksi di Wall Street

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
16 September 2019 18:47
Kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 anjlok masing-masing 114,52 dan 14,14 poin, sementara kontrak futures Nasdaq turun 58,96 poin.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham futures AS kompak melemah pada perdagangan hari ini (16/9/2019) seiring dengan kecemasan pelaku pasar terkait melesatnya harga minyak dunia akibat serangan di Timur Tengah dapat semakin menekan pertumbuhan ekonomi global.

Pada pukul 18:00 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 anjlok masing-masing 114,52 poin dan 14,14 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq terkoreksi 58,96 poin. Melansir Refinitiv, harga minyak dunia kontrak pengiriman Oktober jenis Brent dan Light Sweet naik masing-masing 8,54% ke US$ 65,36/barel dan 8,11% menjadi US$ 59,3/barel.

Harga minyak dunia melesat setelah 2 fasilitas pengolahan minyak Saudi Aramco, perusahaan milik Saudi Arabia, mendapat serangan misil jelajah dari sekitar 10 pesawat tanpa awak (drone) yang diluncurkan pada Sabtu (14/9/2019) waktu setempat, dilansir CNBC International.

Akibat serangan tersebut, Saudi Aramco kehilangan sekitar 5,7 juta barel produksi minyak harian atau setara 50% dari total produksi harian perusahaan tersebut. Nilai tersebut juga lebih dari 5% produksi harian minyak global.

Saudi Aramco menyatakan akan berusaha mengembalikan sekitar sepertiga kapasitas produksi yang hilang pada Senin, hari ini. Pemberontak Houthi Yaman mengaku sebagai dalang atas serangan tersebut dan mengancam akan terus menargetkan serangan pada fasilitas pengolahan minyak Saudi Arabia, dikutip dari Bloomberg.

Presiden AS Donald Trump dalam twitter pribadinya menyampaikan bahwa AS dapat menggunakan cadangan minyak strategis mereka untuk menjaga pasokan minyak di pasar.

"Berdasarkan serangan di Saudi Arabia, yang mungkin berdampak pada kenaikan harga minyak, saya telah memberikan persetujuan untuk melepas minyak yang ada di Strategic Petroleum Reserves (cadangan minyak strategis), jika diperlukan, sesuai dengan jumlah yang sesuai untuk menjaga pasokan yang baik di pasar," cuit Trump.

Harga minyak yang tinggi tentu bukan berita baik bagi perekonomian, karena bahan bakar termasuk komponen penting terutama dalam industri manufaktur, baik untuk pengolahan produk atau pun transportasi.

"Pasar dapat tertekan secara signifikan jika penurunan pasokan terjadi berminggu-minggu, bukan berhari-hari," ujar Bob Ryan, kepala komoditas dan ahli strategi di BCA Research, dilansir dari CNBC International.

Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari Negeri Paman Sam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular