
Rupiah Perkasa di Bawah Rp 14.000/US$, Sampai Kapan?
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
13 September 2019 17:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukarĀ rupiah terhadapĀ dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan pasar spot hari ini, menjauhi level 14.000/US$. Pada Jumat (13/9/2019), US$ 1 dibanderol Rp 13.960 setelah sebelumnya sempat menyentuh 13.900/US$ di pasar spot. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Lalu, sampai kapan keperkasaan rupiah terhadap US$?
"At least hingga minggu depan rupiah masih akan menguat di kisaran Rp 13.800-Rp 14.000. Faktornya adalah money inflow karena kebijakan pelonggaran moneter dari ECB (Bank Sentral Eropa), ekspektasi penurunan bunga moneter dari the Fed dan Bank Indonesia," ujar ekonom Maybank Myrdal Gunarto kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/9/2019).
"Lalu data trade balance Indonesia yang kemungkinan masih surplus, serta konflik trade war antara AS vs China yg mereda," tambahnya.
Meski demikian, Myrdal menilai penguatan tidak akan bertahan hingga akhir bulan. Sebab, permintaan dolar domestik akan tinggi seiring fundamental ekonomi yang terefleksi dari neraca transaksi berjalan (current account deficit) yang masih besar.
Sejalan dengan itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan, rupiah akan menguat hingga akhir bulan. Selain karena faktor global yang membaik tapi juga karena perekonomian domestik yang kuat.
"Saya kira nilai tukar di bawah Rp 14.000 per US$ masih akan bertahan dalam beberapa minggu ke depan melihat trend capital inflow pada portofolio makin besar. Meskipun begitu ini akan potensi melemah sedikit apabila ada rencana penurunan suku bunga lagi," kata dia.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai rupiah hinga pekan depan masih akan menguat di kisaran Rp 13.875-Rp 13.975 per US$. Pergerakan rupiah dalam jangka pendek ini masih dipengaruhi oleh proses negosiasi antara AS dan China.
"Karena jika ketidakpastian perang dagang terus berlanjut hingga tahun depan, maka permintaan safe haven aset diperkirakan masih akan kembali meningkat lagi ke depannya. Namun secara fundamental ekonomi Indonesia cenderung cukup solid. Sehingga, tren perlambatan ekonomi global yang direspons oleh pelonggaran kebijakan moneter bank sentral global diperkirakan akan tetap mendukung stabilitas nilai tukar rupiah," tegasnya.
(miq/miq) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Lalu, sampai kapan keperkasaan rupiah terhadap US$?
"At least hingga minggu depan rupiah masih akan menguat di kisaran Rp 13.800-Rp 14.000. Faktornya adalah money inflow karena kebijakan pelonggaran moneter dari ECB (Bank Sentral Eropa), ekspektasi penurunan bunga moneter dari the Fed dan Bank Indonesia," ujar ekonom Maybank Myrdal Gunarto kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/9/2019).
Meski demikian, Myrdal menilai penguatan tidak akan bertahan hingga akhir bulan. Sebab, permintaan dolar domestik akan tinggi seiring fundamental ekonomi yang terefleksi dari neraca transaksi berjalan (current account deficit) yang masih besar.
Sejalan dengan itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan, rupiah akan menguat hingga akhir bulan. Selain karena faktor global yang membaik tapi juga karena perekonomian domestik yang kuat.
"Saya kira nilai tukar di bawah Rp 14.000 per US$ masih akan bertahan dalam beberapa minggu ke depan melihat trend capital inflow pada portofolio makin besar. Meskipun begitu ini akan potensi melemah sedikit apabila ada rencana penurunan suku bunga lagi," kata dia.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai rupiah hinga pekan depan masih akan menguat di kisaran Rp 13.875-Rp 13.975 per US$. Pergerakan rupiah dalam jangka pendek ini masih dipengaruhi oleh proses negosiasi antara AS dan China.
"Karena jika ketidakpastian perang dagang terus berlanjut hingga tahun depan, maka permintaan safe haven aset diperkirakan masih akan kembali meningkat lagi ke depannya. Namun secara fundamental ekonomi Indonesia cenderung cukup solid. Sehingga, tren perlambatan ekonomi global yang direspons oleh pelonggaran kebijakan moneter bank sentral global diperkirakan akan tetap mendukung stabilitas nilai tukar rupiah," tegasnya.
(miq/miq) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular