Kendur di Beberapa Lap Terakhir, Rupiah Gagal Jadi Juara Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 September 2019 17:49
Kendur di Beberapa Lap Terakhir, Rupiah Gagal Jadi Juara Asia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun karena mengendur jelang garis finis, rupiah gagal jadi mata uang terbaik Asia.

Pada Jumat (13/9/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.965 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,39%. Meski selepas itu apresiasi rupiah agak menipis.

Beberapa jam menjelang penutupan pasar, laju rupiah semakin melambat. Meski tidak pernah melemah, tetapi rupiah harus puas dengan penguatan yang 'hanya' 0,18%.


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:

Gara-gara selow di beberapa 'putaran' terakhir, rupiah yang sempat menjadi mata uang terbaik Asia tersalip oleh lawannya. Kala penutupan pasar spot Indonesia, won Korea Selatan yang berhasil menjadi mata uang terbaik Asia. Rupiah turun ke posisi kedua.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini






(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

 

Pasar keuangan Asia sedang berbunga-bunga hari ini. Persepsi terhadap kondisi ekonomi global yang terus membaik menjadi berkah bagi rupiah, dan semakin bertambah setelah European Central Bank (ECB) menggelontorkan paket stimulus moneter.

ECB memutuskan memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%. Sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.

Selain memangkas suku bunga, bank sentral pimpinan Mario Draghi ini juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing. Program pembelian aset kali ini akan dimulai pada 1 November dengan nilai 20 miliar euro per bulan.

Langkah ECB disambut baik pelaku pasar, paket kebijakan tersebut diharapkan mampu membangkitkan perekonomian di blok 19 negara. Di kala perekonomian bangkit, selera terhadap risiko (risk appetite) investor meningkat, dan aset-aset berisiko yang memberikan return tinggi kembali menjadi incaran.

Indonesia menjadi salah satu target masuknya aliran modal melihat return yang diberikan jauh lebih tinggi. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia seri acuan tenor 10 tahun ada di 7,256%. Memang dalam tren turun, tetapi sangat jauh dibandingkan instrumen serupa di AS (1,7872%).

Selain cuan, berinvestasi di Indonesia juga semakin aman. Akhir Mei lalu, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB. Risiko gagal bayar (default) kian rendah.

Risiko investasi di Indonesia yang semakin rendah terkonformasi di Credit Default Swap (CDS). Baik untuk tenor 5 maupun 10 tahun, CDS Indonesia berada di posisi terendah sejak akhir Juli.

Harapan akan adanya damai dagang AS-China semakin mendongkrak performa rupiah. Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia ingin menandatangani perjanjian penuh dengan China, tetapi membuka opsi untuk mencapai kesepakatan sementara (interim).


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular