
Selamat Cuan! Harga Saham BUMI Terbang 8,5%
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
11 September 2019 16:58

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), emiten batu bara terbesar di Indonesia, terbang 8,51% yang didorong oleh aksi beli oleh investor asing.
Induk usaha dari Kaltim Prima Coal dan Arutmin Indonesia ini menutup perdagangan dengan harga saham Rp 102/saham, naik 8,51% dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat Rp 94. Harga saham BUMI rebound setelah beberapa hari sebelumnya menyentuh Rp 90, level terendah sejak Oktober 2016
Emiten batu bara ini mencatat beli bersih asing senilai Rp 459,14 juta (all market). Sementara nilai transaksi saham BUMI mencapai Rp 67,9 miliar, dengan beli asing Rp 3,6 miliar (2,63%), aksi jual asing Rp 3,1 miliar (2,30%), aksi beli domestik sebesar Rp 64,5 miliar (47,37%), dan aksi jual Rp 65 miliar (47,70%). Selain itu sepanjang hari ini saham ini diperdagangkan selama 6.142 kali.
Sepanjang September, saham BUMI mengalami tren kenaikan dimana di awal bulan (2/09/2019) dibuka di level Rp 92 per saham, dan menurun pada hari berikutnya di level Rp 91 per saham.
Sejak Jumat (6/09/2019) saham grup Bakrie ini naik ke level Rp 93 per saham, dan Rp 95 per saham. Namun kenaikan tertinggi dialami pada penutupan hari ini yakni di level Rp 102 per saham, setelah sebelumnya sempat turun Rp 94 per saham.
Sebelumnya, Direktur dan Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava mengatakan perseroan berencana membangun pembangkit listrik baru, sejalan dengan pemindahan Ibu Kota baru RI ke Kalimantan Timur (Kaltim). Kaltim akan membutuhkan lebih banyak energi setelah ibu kota pindah dari Jakarta.
"Kami dapat memasok batu bara ke pembangkit listrik atau bahkan membangun pembangkit listrik untuk mereka," ujar Dileep, Jumat (30/8/2019).
Anak usaha BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC) memiliki tambang batu bara di daerah Sangatta, berjarak 170 kilometer (km) dari Samarinda atau sekitar 260 km dari wilayah yang akan dijadikan Ibu Kota baru. KPC merupakan tambang batu bara dengan cadangan batu bara terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data PT PLN, KPC sebenarnya pernah mengajukan minat membangun pembangkit listrik swasta alias independent power producer. KPC berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang dengan kapasitas 2 X 200 megawatt (MW).
Selain itu, KPC juga telah memiliki PLTU Tanjung Bara dengan kapasitas 3x18 MW atau 64 MW. Dibangun sejak Oktober 2011, proyek ini menelan investasi hingga US$ 150 juta.
Dari total kapasitas 64 MW, 30 MW digunakan untuk kebutuhan listrik di lingkungan KPC dan 34 MW selebihnya merupakan excess power di mana 18 MW di antaranya telah berkontrak atau diperjualbelikan kepada PLN. Harga jual listrik dari PLTU Tanjung Bara ke PLN tersebut sebesar Rp 855/kWh.
Induk usaha dari Kaltim Prima Coal dan Arutmin Indonesia ini menutup perdagangan dengan harga saham Rp 102/saham, naik 8,51% dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat Rp 94. Harga saham BUMI rebound setelah beberapa hari sebelumnya menyentuh Rp 90, level terendah sejak Oktober 2016
Emiten batu bara ini mencatat beli bersih asing senilai Rp 459,14 juta (all market). Sementara nilai transaksi saham BUMI mencapai Rp 67,9 miliar, dengan beli asing Rp 3,6 miliar (2,63%), aksi jual asing Rp 3,1 miliar (2,30%), aksi beli domestik sebesar Rp 64,5 miliar (47,37%), dan aksi jual Rp 65 miliar (47,70%). Selain itu sepanjang hari ini saham ini diperdagangkan selama 6.142 kali.
Sepanjang September, saham BUMI mengalami tren kenaikan dimana di awal bulan (2/09/2019) dibuka di level Rp 92 per saham, dan menurun pada hari berikutnya di level Rp 91 per saham.
Sebelumnya, Direktur dan Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava mengatakan perseroan berencana membangun pembangkit listrik baru, sejalan dengan pemindahan Ibu Kota baru RI ke Kalimantan Timur (Kaltim). Kaltim akan membutuhkan lebih banyak energi setelah ibu kota pindah dari Jakarta.
"Kami dapat memasok batu bara ke pembangkit listrik atau bahkan membangun pembangkit listrik untuk mereka," ujar Dileep, Jumat (30/8/2019).
Anak usaha BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC) memiliki tambang batu bara di daerah Sangatta, berjarak 170 kilometer (km) dari Samarinda atau sekitar 260 km dari wilayah yang akan dijadikan Ibu Kota baru. KPC merupakan tambang batu bara dengan cadangan batu bara terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data PT PLN, KPC sebenarnya pernah mengajukan minat membangun pembangkit listrik swasta alias independent power producer. KPC berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang dengan kapasitas 2 X 200 megawatt (MW).
Selain itu, KPC juga telah memiliki PLTU Tanjung Bara dengan kapasitas 3x18 MW atau 64 MW. Dibangun sejak Oktober 2011, proyek ini menelan investasi hingga US$ 150 juta.
Dari total kapasitas 64 MW, 30 MW digunakan untuk kebutuhan listrik di lingkungan KPC dan 34 MW selebihnya merupakan excess power di mana 18 MW di antaranya telah berkontrak atau diperjualbelikan kepada PLN. Harga jual listrik dari PLTU Tanjung Bara ke PLN tersebut sebesar Rp 855/kWh.
![]() |
(dob/dob) Next Article Naik Tajam, Laba Bersih Bumi Resources (BUMI) Melonjak 45,5% di 2024
Most Popular