Dolar Australia Akhirnya Takluk di Hadapan Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 September 2019 15:48
Setelah mencatat penguatan empat hari berturut-turut, dolar Australia akhirnya menyerah.
Ilustrasi Dolar Australia (REUTERS / Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan hari ini. Setelah mencatat penguatan empat hari berturut-turut, dolar Australia akhirnya menyerah.

Pada Senin (9/9/2019) pukul 15:19 WIB, AU$ 1 duhargai Rp 9.621,12. Rupiah menguat 0,26% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Dolar AS memang sulit ditandingi minggu kemarin. Mata uang Negeri Kanguru terpapar sentimen positif dari pengumuman kebijakan moneter Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) serta data ekonomi yang cukup bagus.

RBA mempertahankan suku bunga acuan di angka 1%, dan memilih menunggu efek dari pemangkasan suku bunga sebelumnya terhadap perekonomian Australia di kuartal IV-2019.. Berarti kemungkinan RBA tidak akan memangkas suku bunga lagi hingga akhir tahun. Persepsi ini yang membuat dolar Australia menguat.



Selanjutnya, Biro Statistik Australia melaporkan data pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2019 sebesar 0,5%, sama dengan pertumbuhan kuartal I-2019. Ini artinya tidak ada atau belum ada pelambatan ekonomi seperti yang ditakutkan sebelumnya.

Namun hari ini, dolar Australia mendapat tekanan dari data ekonomi China, mitra dagang utamanya. Pada Agustus, ekspor China turun 1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY). Lebih buruk dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan naik 2% YoY. Apalagi kalau dibandingkan Juli yang tumbuh 3,3% YoY.


Naik empat hari berturut-turut, ditambah dengan data ekonomi mengecewakan dari China tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) terhadap dolar Australia. Apalagi rupiah sedang diuntungkan oleh membaiknya sentimen pelaku pasar global. Sentimen membaik, selera terhadap risiko (risk appetite) meningkat, dan investasi mengalir ke negara emerging market dengan imbal hasil menarik seperti Indonesia.

Untuk diketahui spread suku bunga di Australia dengan Indonesia cukup lebar (1% vs 5,5%), sehingga jika kondisi finansial global stabil, berinvestasi di Indonesia tentunya jauh lebih menguntungkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular