Ada Kabar Gembira Soal Perang Dagang, Bursa Asia Tetap Jatuh

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 August 2019 19:14
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini di zona merah.
Foto: Bursa Korea Selatan (REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini di zona merah: indeks Nikkei turun 0,09%, indeks Shanghai jatuh 0,1%, dan indeks Kospi berkurang 0,4%. Sementara itu, indeks Hang Seng dan Straits Times menguat masing-masing sebesar 0,34% dan 0,83%.

Pelaku pasar saham Benua Kuning dibuat grogi lantaran hubungan AS-China di bidang perdagangan akan segera kembali memanas. Pasalnya, tanggal 1 September semakin dekat di mana AS dan China menerapkan bea masuk baru terhadap produk impor masing-masing negara.

Sekedar mengingatkan, menjelang akhir pekan kemarin China mengumumkan bahwa pihaknya akan membebankan bea masuk bagi produk impor asal AS senilai US$ 75 miliar. Pembebanan bea masuk tersebut akan mulai berlaku efektif dalam dua waktu, yakni 1 September dan 15 Desember. Bea masuk yang dikenakan China berkisar antara 5%-10%.

Lebih lanjut, China juga mengumumkan pengenaan bea masuk senilai 25% terhadap mobil asal pabrikan AS, serta bea masuk sebesar 5% atas komponen mobil, berlaku efektif pada 15 Desember. Untuk diketahui, China sebelumnya telah berhenti membebankan bea masuk tersebut pada bulan April, sebelum kini kembali mengaktifkannya.

AS pun merespons dengan mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%.

Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.

Sejatinya, ada perkembangan yang positif terkait perang dagang AS-China, tetapi kurang ampuh untuk mendongkrak kinerja bursa saham Benua Kuning secara keseluruhan. Pada hari ini, Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa AS dan China sedang mendiskusikan pertemuan tatap muka yang dijadwalkan untuk bulan September.

Namun, jadi-tidaknya negosiasi dagang tatap muka tersebut akan ditentukan oleh apakah AS bisa menciptakan kondisi yang baik untuk negosiasi dagang tatap muka tersebut, seperti dilansir dari Reuters.

Walaupun tak menyebut secara gamblang, kondisi yang dimaksud China kemungkinan adalah AS membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal Negeri Panda.

"Hal yang terpenting pada saat ini adalah untuk menciptakan kondisi yang baik untuk kedua belah pihak melanjutkan negosiasi," kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng, dilansir dari Reuters.

Agaknya, sulit untuk mengharapkan AS melunak seperti yang diinginkan China sehingga negosiasi dagang tatap muka kedua belah pihak besar kemungkinan akan batal digelar.

Lebih lanjut, rilis data ekonomi yang mengecewakan ikut memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Pada hari ini, indeks keyakinan konsumen Jepang periode Agustus 2019 diumumkan di level 37,1, lebih rendah dibandingkan capaian pada bulan sebelumnya yang sebesar 37,8, seperti dilansir dari Trading Economics.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/ank) Next Article Kesepakatan Dagang Tahap Satu Diteken, Bursa Asia Kompak Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular