
Perang Dagang AS-China Panas Lagi, Rupiah Melemah Hari Ini?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 August 2019 07:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepertinya melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda depresiasi rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Berikut kurs dolar AS di pasar NDF jelang penutupan pasar akhir pekan lalu dibandingkan hari ini, Senin (26/8/2019), mengutip data Refinitiv:
Berikut kurs Domestic NDF (DNDF), yang kali terakhir diperbarui pada 23 Agustus pukul 15:56 WIB:
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.
Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Hari ini, kemungkinan besar investor akan cenderung menghindari aset-aset berisiko. Bukan apa-apa, memang sedang ada sentimen negatif yang luar biasa besar.
Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump 'mengumumkan' melalui Twitter bahwa Negeri Paman Sam akan mengumumkan kenaikan bea masuk dari 25% menjadi 30% bagi impor produk China senilai US$ 250 miliar. Selain itu, Trump juga akan mengeksekusi bea masuk baru bagi importasi produk-produk China senilai US$ 300 miliar dengan tarif 15%.
"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump.
China pun tidak terima dan melakukan serangan balasan. Beijing mengumumkan akan menaikkan bea masuk bagi produk-produk made in the USA senilai US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%. Produk-produk tersebut antara lain kedelai, minyak mentah, dan pesawat.
"Keputusan China untuk menaikkan tarif bea masuk didorong oleh sikap AS yang uniteralis dan proteksionis," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China. Kenaikan ini akan dibagi menjadi dua tahap yaitu 1 September dan 15 Desember.
Wow. Setelah pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping di Osaka akhir Juni lalu, hubungan Washington-Beijing sepertinya malah memburuk. Bukannya damai dagang, perang dagang justru kian panas.
Perang dagang adalah risiko besar bagi perekonomian global. Saat dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia saling hambat, dampaknya adalah kerusakan rantai pasok. Ekspor dan investasi di berbagai negara akan terpukul, tidak terkecuali Indonesia.
Oleh karena itu, risiko besar seperti perang dagang akan sulit membuat pelaku pasar menjadi agresif. Justru yang ada adalah bermain aman dengan menjauhi aset-aset di negara berkembang. Kalau ini kejadian, sulit berharap rupiah menguat hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Berikut kurs dolar AS di pasar NDF jelang penutupan pasar akhir pekan lalu dibandingkan hari ini, Senin (26/8/2019), mengutip data Refinitiv:
Periode | Kurs 23 Agustus (15:56 WIB) | Kurs 26 Agustus (07:20 WIB) |
1 Pekan | Rp 14.207,4 | Rp 14.319,78 |
1 Bulan | Rp 14.265,4 | Rp 14.305,5 |
2 Bulan | Rp 14.333,9 | Rp 14.317 |
3 Bulan | Rp 14.407,9 | Rp 14.437 |
6 Bulan | Rp 14.607,9 | Rp 14.714,55 |
9 Bulan | Rp 14.792,4 | Rp 14.862,7 |
1 Tahun | Rp 14.980,4 | Rp 14.950 |
2 Tahun | Rp 15.665 | Rp 15.715,5 |
Berikut kurs Domestic NDF (DNDF), yang kali terakhir diperbarui pada 23 Agustus pukul 15:56 WIB:
Periode | Kurs |
1 Bulan | Rp 14.254 |
3 Bulan | Rp 14.330 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.
Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Hari ini, kemungkinan besar investor akan cenderung menghindari aset-aset berisiko. Bukan apa-apa, memang sedang ada sentimen negatif yang luar biasa besar.
Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump 'mengumumkan' melalui Twitter bahwa Negeri Paman Sam akan mengumumkan kenaikan bea masuk dari 25% menjadi 30% bagi impor produk China senilai US$ 250 miliar. Selain itu, Trump juga akan mengeksekusi bea masuk baru bagi importasi produk-produk China senilai US$ 300 miliar dengan tarif 15%.
"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump.
China pun tidak terima dan melakukan serangan balasan. Beijing mengumumkan akan menaikkan bea masuk bagi produk-produk made in the USA senilai US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%. Produk-produk tersebut antara lain kedelai, minyak mentah, dan pesawat.
"Keputusan China untuk menaikkan tarif bea masuk didorong oleh sikap AS yang uniteralis dan proteksionis," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China. Kenaikan ini akan dibagi menjadi dua tahap yaitu 1 September dan 15 Desember.
Wow. Setelah pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping di Osaka akhir Juni lalu, hubungan Washington-Beijing sepertinya malah memburuk. Bukannya damai dagang, perang dagang justru kian panas.
Perang dagang adalah risiko besar bagi perekonomian global. Saat dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia saling hambat, dampaknya adalah kerusakan rantai pasok. Ekspor dan investasi di berbagai negara akan terpukul, tidak terkecuali Indonesia.
Oleh karena itu, risiko besar seperti perang dagang akan sulit membuat pelaku pasar menjadi agresif. Justru yang ada adalah bermain aman dengan menjauhi aset-aset di negara berkembang. Kalau ini kejadian, sulit berharap rupiah menguat hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular