Wall Street Dibuka Menguat Jelang Simposium Jackson Hole

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
22 August 2019 20:58
Bursa AS dibuka menguat didorong harapan bank sentral AS bakal tunduk pada pasar dengan mengambil kebijakan moneter longgar.
Foto: REUTERS/Andrew Kelly
Jakarta, CNBC Indonesia-Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada Kamis (22/8/2019) didorong harapan bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/ The Fed) akan mengonfirmasi ekspektasi kebijakan moneter longgar pada simposium akbar pekan ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka menguat 0,31% (80,2 poin) pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) sebelum melaju hingga 0,56% (145,6 poin) 20 menit kemudian ke 26.348,43. Di sisi lain, indeks S&P 500 menguat 0,34% (10 poin) ke 2.934,62 dan indeks Nasdaq bertambah 0,25% (19,73 poin) ke 8.039,56).

Investor kini mengarahkan perhatian mereka pada Jackson Hole, Wyoming di mana pengambil kebijakan AS berkumpul untuk menghadiri symposium tahunan mengenai kebijakan moneter. 

Presiden The Fed Philadelphia Patrick Harker dan Presiden The Fed Dallas Robert Kaplan dijadwalkan berbicara mengenai kondisi ekonomi AS. Namun, perhelatan utama jatuh pada Jumat ketika Gubernur The Fed Jerome Powell memberikan pidato kunci.

Presiden The Fed Kansas Esther George kepada CNBC TV mengatakan the Fed semestinya tidak memangkas suku bunga acuan bulan lalu, dengan menyebutnya sebagai "dalam pandangan saya, tidak diperlukan."

Setelah The Fed memangkas Fed Funds Rate sebesar 25 basis poin (bp) pada Juli, pasar berekspektasi akan ada pemangkasan lagi pada September dengan porsi pertaruhan, menurut piranti FedWatch milik CME Group, sebesar 93,5%.

Simposium Jackson Hole tahun ini digelar di tengah kekhawatiran bahwa Negara Adidaya tersebut dibayangi resesi, sementara Presiden AS Donald Trump melancarkan perang dagang terhadap China, dan beberapa sekutunya, termasuk negara-negara Uni Eropa.

Pasar obligasi kemarin kembali menyiratkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap risiko resesi, dengan beberapa saat mencatatkan kurva inversi imbal hasil (inverted yield curve) setelah rilis risalah rapat The Fed.

Kurva ini terbentuk ketika investor memborong obligasi jangka panjang pemerintah AS (tenor 10 tahun) hingga harganya naik, dan yield-nya terdorong lebih rendah dari yield obligasi jangka pendek (tenor 2 tahun).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular