
AS-China Mulai Adem, Harga Obligasi Pemerintah RI Kok Susut?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 August 2019 11:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah turun tipis menjelang lelang rutin surat berharga negara (SBN) yang akan digelar siang ini.
Menjelang lelang, pasar biasanya akan bereaksi negatif untuk membuat posisi pemerintah dalam lelang lebih tersudut sehingga dapat menerbitkan efek utangnya dengan diskon yang lebih besar, padahal sentimen dunia saat ini masih positif karena damai dagang yang sedang merebak sejak kemarin.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,3 basis poin (bps) menjadi 6,75%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Aug'19
Sumber: Refinitiv
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 574 bps, melebar dari posisi kemarin 572 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 0,7 bps hingga 1,591% dari posisi kemarin 1,598%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 20 Aug'19
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.004 triliun SBN, atau 38,45% dari total beredar Rp 2.613 triliun berdasarkan data per 16 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 111,7 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan sebelumnya, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 690 miliar. Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti pasar ekuitas yang menguat 0,04% menjadi 6.298, di sisi lain rupiah di pasar valas masih terkoreksi 0,28% menjadi Rp 14.270 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas masih terkoreksi dengan penguatan yang hanya terjadi di Singapura. Di negara maju, penguatan hanya dialami pasar US Treasury di AS sedangkan lainnya masih terkoreksi.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif dari damai dagang yang masih mewarnai pasar keuangan global sejak kemarin.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Menjelang lelang, pasar biasanya akan bereaksi negatif untuk membuat posisi pemerintah dalam lelang lebih tersudut sehingga dapat menerbitkan efek utangnya dengan diskon yang lebih besar, padahal sentimen dunia saat ini masih positif karena damai dagang yang sedang merebak sejak kemarin.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,3 basis poin (bps) menjadi 6,75%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Aug'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 19 Aug'19 (%) | Yield 20 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 19 Aug'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.738 | 6.751 | 1.30 | 6.6731 |
FR0078 | 10 tahun | 7.325 | 7.337 | 1.20 | 7.2724 |
FR0068 | 15 tahun | 7.737 | 7.721 | -1.60 | 7.6738 |
FR0079 | 20 tahun | 7.836 | 7.829 | -0.70 | 7.8019 |
Avg movement | 0.05 |
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 574 bps, melebar dari posisi kemarin 572 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 0,7 bps hingga 1,591% dari posisi kemarin 1,598%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 20 Aug'19
Seri | Benchmark | Yield 19 Aug'19 (%) | Yield 20 Aug'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.907 | 1.939 | 3 bulan-5 tahun | 48.3 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.537 | 1.523 | 2 tahun-5 tahun | 6.7 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.481 | 1.468 | 3 tahun-5 tahun | 1.2 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.464 | 1.456 | 3 bulan-10 tahun | 34.8 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.598 | 1.591 | 2 tahun-10 tahun | -6.8 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.004 triliun SBN, atau 38,45% dari total beredar Rp 2.613 triliun berdasarkan data per 16 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 111,7 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan sebelumnya, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 690 miliar. Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti pasar ekuitas yang menguat 0,04% menjadi 6.298, di sisi lain rupiah di pasar valas masih terkoreksi 0,28% menjadi Rp 14.270 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas masih terkoreksi dengan penguatan yang hanya terjadi di Singapura. Di negara maju, penguatan hanya dialami pasar US Treasury di AS sedangkan lainnya masih terkoreksi.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif dari damai dagang yang masih mewarnai pasar keuangan global sejak kemarin.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 19 Aug'19 (%) | Yield 20 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.18 | 7.28 | 10.00 |
China | 3.041 | 3.042 | 0.10 |
Jerman | -0.654 | -0.646 | 0.80 |
Prancis | -0.365 | -0.362 | 0.30 |
Inggris | 0.47 | 0.484 | 1.40 |
India | 6.581 | 6.607 | 2.60 |
Jepang | -0.229 | -0.223 | 0.60 |
Malaysia | 3.254 | 3.257 | 0.30 |
Filipina | 4.433 | 4.433 | 0.00 |
Rusia | 7.33 | 7.35 | 2.00 |
Singapura | 1.796 | 1.769 | -2.70 |
Thailand | 1.53 | 1.53 | 0.00 |
Amerika Serikat | 1.598 | 1.591 | -0.70 |
Afrika Selatan | 8.385 | 8.435 | 5.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular