Pidato Kenegaraan Jokowi Beri Semangat 45 ke Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 August 2019 17:05
Pidato Kenegaraan Jokowi Beri Semangat 45 ke Rupiah
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah mempertahankan kinerja positif sepanjang perdagangan Jumat (16/8/19) saat Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan dalam rangkaian Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia di ruang sidang MPR.

Rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di level 14.230/US$ atau menguat 0,21%. Sebelumnya Mata Uang Garuda bahkan sempat menyentuh level 14.220/US$ di siang hari saat pidato pertama Presiden Jokowi.



Penguatan 0,21% hari ini masih belum cukup menjadikan rupiah raja mata uang Asia. Gelar itu diperoleh ringgit Malaysia yang mencatat penguatan 0,79%.
Optimisme Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan Rancangan Undang-Undang tentang APBN 2020 berserta Nota Keuangan hari ini memberikan sentimen positif ke pasar finansial dalam negeri.

"Pertumbuhan ekonomi kita trennya meningkat dari 4,88% di tahun 2015, menjadi 5,17% di tahun 2018, dan terakhir Semester I-2019 mencapai 5,06%. Angka pengangguran menurun dari 5,81% pada Februari 2015, menjadi 5,01% pada Februari 2019," kata Jokowi saat menyampaikan Pidato Kenegaraan.

Presiden mengungkapkan pada tahun 2020, pemerintah menyusun asumsi ekonomi makro yakni pertama, pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3% dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya.

"Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1% untuk mendukung daya beli masyarakat," kata Jokowi.


Kedua, di tengah kondisi eksternal yang masih dibayangi oleh ketidakpastian, nilai tukar rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp 14.400 per dolar Amerika Serikat.

Ketiga, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan sekitar US$ 65 per barel. Dengan sensitivitas yang tinggi terhadap berbagai dinamika global, kata Presiden, pemerintah terus memantau pergerakan harga minyak dan komoditas global.

Keempat, melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, termasuk minyak dan gas bumi. Target lifting (produksi minyak siap jual) minyak dan gas bumi di tahun 2020 diasumsikan masing-masing sebesar 734.000 barel dan 1,19 juta barel setara minyak per hari.

"Seluruh gambaran perkiraan indikator ekonomi makro di atas menjadi dasar dalam penyusunan RAPBN tahun 2020," jelas Jokowi.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Selain itu sentimen positif juga datang dari laporan neraca perdagangan Indonesia Kamis kemarin yang menunjukkan defisit lebih kecil dari konsensus. 
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang Juli 2019, BPS mencatat bahwa ekspor jatuh sebesar 5,12% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih baik dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan kontraksi hingga 11,59%.

Sementara itu, impor tercatat jatuh 15,21% YoY, juga lebih baik ketimbang konsensus yakni koreksi sebesar 17,76% YoY. 

Alhasil, neraca dagang tercatat membukukan defisit senilai US$ 63,5 juta, lebih baik dibandingkan konsensus yang sebesar US$ 384,5 juta. Sentimen positif juga datang dari China. Mengutip Reuters, pemerintah China menegaskan siap menggelontorkan stimulus untuk mendorong permintaan domestik. 

Meng Wei, Juru Bicara Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China, mengatakan pemerintah akan mereformasi sistem Hukou. Sistem ini adalah semacam identitas penduduk yang digunakan untuk menyalurkan program bantuan sosial. Dengan reformasi sistem Hukou, Beijing akan memperluas cakupan penerima bantuan sosial. 

Sentimen positif selanjutnya datang dari dinamika hubungan AS-China juga positif. Ada kabar baik dari Presiden AS Donald Trump. 

"Sepengetahuan saya, pertemuan pada September masih terjadwal. Namun yang lebih penting dari pertemuan itu, kami (AS dan China) terus berkomunikasi melalui telepon. Pembicaraan kami sangat produktif," ungkap Trump, dikutip dari Reuters

Asa damai dagang kembali menyeruak. Ada harapan perundingan dagang AS dan China di Washington pada awal September menuai hasil positif setelah hampir dua pekan pelaku pasar dibuat takut akan panasnya hubungan kedua negara. 

Serangkaian sentimen positif membuat rupiah mencatat penguatan pada hari ini, tetapi secara mingguan masih melemah 0,32%. Meski demikian penguatan sehari menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia ini patut disyukuri, dan bisa jadi momentum untuk melanjutkan kinerja positif di pekan depan. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular