Pasar SUN Akhirnya Terkoreksi, Tak Tahan DIterpa Efek Global

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
15 August 2019 18:53
Bertahan di zona positif di awal perdagangan, obligasi rupiah pemerintah jebol, tak kuasa menahan sentimen negatif sehingga terkoreksi.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertahanan obligasi rupiah pemerintah jebol, tidak sanggup menahan sentimen negatif sehingga ditutup terkoreksi, setelah sebelumnya berhasil bertahan di zona positif pada awal perdagangan. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) dalam jumlah kecil itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain, yang justru terangkat ketika sentimen negatif ancaman resesi melanda pasar keuangan dunia. 

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
 Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 2,3 basis poin (bps) menjadi 7,46%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

   
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Aug'19
SeriJatuh tempoYield 14 Aug'19 (%)Yield 15 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 14 Aug'19 (%)
FR00775 tahun6.8656.842-2.306.7408
FR007810 tahun7.4377.462.307.3896
FR006815 tahun7.7947.7980.407.7653
FR007920 tahun7.9067.9090.307.8785
Avg movement0.17
Sumber: Refinitiv  

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.

Indeks tersebut turun 0,31 poin (0,12%) menjadi 257,48 dari posisi kemarin 257,8.
 Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 592 bps, melebar dari posisi kemarin 585 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun lagi 4,6 bps menjadi 1,53% dari posisi kemarin 1,58%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada beberapa seri, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. 

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 
Yield US Treasury Acuan 15 Aug'19
SeriBenchmarkYield 14 Aug'19 (%)Yield 15 Aug'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan1.9591.9233 bulan-5 tahun48.1
UST 20202 Tahun1.5771.5142 tahun-5 tahun7.2
UST 20213 Tahun1.5191.4653 tahun-5 tahun2.3
UST 20235 Tahun1.4881.4423 bulan-10 tahun38.8
UST 202810 Tahun1.5811.5352 tahun-10 tahun-2.1
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.005,76 triliun SBN, atau 38,7% dari total beredar Rp 2.598 triliun berdasarkan data per 14 Agustus.  Angka kepemilikannya masih positif Rp 112,51 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,16% menjadi 6.257 dan 0,14% menjadi Rp 14.260 per dolar AS. Dari pasar obligasi pemerintah, penguatan terjadi di banyak negara, kecuali Brasil, India, Filipina, Rusia, dan Afrika Selatan.

  
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 14 Aug'19 (%)Yield 15 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.2057.2555.00
China3.0283.027-0.10
Jerman-0.648-0.681-3.30
Prancis-0.367-0.388-2.10
Inggris 0.4470.421-2.60
India6.5186.6210.20
Jepang-0.219-0.233-1.40
Malaysia3.4323.337-9.50
Filipina4.3434.3632.00
Rusia7.347.384.00
Singapura1.661.646-1.40
Thailand1.491.435-5.50
Amerika Serikat1.5811.535-4.60
Afrika Selatan8.458.4752.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular