Meski Banyak Aral Melintang, IHSG Tetap Sukses Menghijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 August 2019 09:50
Meski Banyak Aral Melintang, IHSG Tetap Sukses Menghijau
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,3% ke level 6.300,67. Pada pukul 09:30 WIB, Indeks saham acuan di Indonesia tersebut telah memperlebar penguatannya menjadi 0,35% ke level 6.303,91. Jika penguatan IHSG bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menandai apresiasi yang keempat secara beruntun.

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Shanghai menguat 0,41%, indeks Hang Seng naik 0,19%, dan indeks Kospi terapresiasi 0,35%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham Jepang dan Singapura diliburkan pada hari ini.

Koreksi yang sudah terjadi dalam beberapa waktu terakhir membuka ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli pada hari ini.

Di sisi lain, sentimen yang ada membatasi aksi beli yang dilakukan oleh pelaku pasar saham Benua Kuning. Presiden AS Donald Trump membuka kemungkinan bahwa dialog dagang AS-China yang dijadwalkan pada awal bulan depan bisa dibatalkan.

"Mungkin, tetapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump akhir pekan lalu, seperti diberitakan Reuters.

Lebih lanjut, Trump juga mengatakan bahwa AS tak akan berbisnis dengan Huawei jika kesepakatan dagang tak bisa dicapai.

"AS tidak akan berbisnis dengan Huawei. Namun itu bisa berubah jika ada kesepakatan dagang AS-China," katanya.

Seperti yang diketahui, pada bulan Mei Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.

Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.

Sejatinya pasca Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Trump mengatakan bahwa dirinya akan melonggarkan sanksi yang diberikan terhadap Huawei. Namun, kini Trump mundur dari janjinya tersebut lantaran dirinya menuduh pihak China tak menepati janji untuk membeli produk agrikultur AS dalam jumlah besar.

Tak adanya keringanan sanksi bagi Huawei sangatlah mungkin untuk membuat China semakin geram dan membuat perang dagang kedua negara terus tereskalasi.

Kala perang dagang AS-China terus tereskalasi, perekonomian global dipastikan mendapatkan tekanan yang signifikan. Maklum, AS dan China merupakan dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.
Dari dalam negeri, pelaku pasar patut mewaspadai gerak-gerik rupiah. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.215/dolar AS.

Tekanan bagi rupiah datang dari rilis angka Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal II-2019 oleh Bank Indonesia (BI). Kalau pada kuartal I-2019 NPI membukukan surplus senilai US$ 2,42 miliar, pada kuartal II-2019 situasinya berbalik 180 derajat. NPI membukukan defisit US$ 1,98 miliar.

NPI merupakan indikator yang mengukur arus devisa (mata uang asing) yang masuk dan keluar dari Tanah Air. Jika nilainya positif, maka ada lebih banyak devisa yang mengalir ke tanah air. Sementara jika nilainya negatif, maka ada lebih banyak devisa yang mengalir ke luar Indonesia.

Yang lebih membuat geleng-geleng kepala ada pos transaksi berjalan yang merupakan komponen dari NPI itu sendiri. Untuk diketahui, posisi transaksi berjalan menjadi faktor yang sangat penting dalam mendikte pergerakan rupiah.

Pasalnya, arus devisa yang mengalir dari pos transaksi berjalan cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Pada kuartal II-2019, BI mencatat bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) menembus level 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), tepatnya 3,04%. Padahal pada kuartal I-2019, CAD hanya berada di level 2,6%. Secara nominal, CAD pada kuartal II-2019 adalah senilai US$ 8,44 miliar.

CAD pada kuartal II-2019 juga lebih dalam ketimbang CAD pada periode yang sama tahun lalu (kuartal-II 2018) yang sebesar 3,01% dari PDB. Bahkan jika dirunut ke belakang, CAD pada kuartal II-2019 merupakan CAD kuartal II terburuk dalam lima tahun atau sejak 2014.


Hingga berita ini diturunkan, investor asing masih membukukan beli bersih senilai Rp 18,4 miliar di pasar saham tanah air (pasar reguler). Jika pelemahan rupiah terus bertahan atau bahkan bertambah dalam, investor asing sangat dimungkinkan untuk berbalik melakukan aksi jual dan membuat IHSG finis di zona merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular