
Analisis Teknikal
Sepekan Anjlok 7%, Pelemahan Harga Minyak Masih Berlanjut
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
09 August 2019 15:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun negara-negara pengekspor minyak (OPEC) akan memangkas produksinya, harga minyak mentah dunia di pasar global masih tertekan di tengah pertikaian hubungan dagang antara Amerika Serikat dengan China.
OPEC berencana memangkas pasokan demi menyeimbangkan minyak mentah di harga pasar global. Arab Saudi dikabarkan telah menghubungi negara sekutu yang juga produsen minyak untuk mendiskusikan harga minyak yang sudah rendah. Meski akan memangkas produksi, sentimen tersebut belum mampu mengangkat harga minyak di pasar global.
Seperti diketahui harga minyak mentah terpangkas lebih dari 20% sejak bulan April. Dalam sepekan terakhir harga minyak jenis light sweet terpangkas 5,7%, serta jenis brent yang juga menjadi acuan harga minyak di dalam negeri anjlok lebih dalam hingga 7,4%.
Pernyataan Presiden AS, Donald Trump yang mengatakan akan mengenakan tarif 10% pada barang-barang China mulai bulan September. Selain itu, Penurunan mata uang yuan Tiongkok juga memicu kekhawatiran perang dagang akan beralih menjadi perang mata uang.
Pada pukul 13:05 WIB, Jumat (9/8/2019) harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Oktober melemah 0,14% menjadi 57,3/barel. Sementara harga minyak mentah jenis light sweet (West Texas Intermediate/WTI) pada waktu yang sama terpangkas 0,06% ke posisi US$ 52,49/barel.
Penurunan harga minyak di pasar global, khususnya jenis brent akan menjadi sentimen positif bagi rupiah, sebab Indonesia adalah negara net importir minyak. Ketika harga minyak turun, maka biaya importasi menjadi semakin murah.
Akibatnya, defisit pada neraca dagang dan transaksi berjalan (current account) akan berkurang dan rupiah berpotensi terhindar dari pelemahan.
Analisis Teknikal
Setelah menyentuh harga tertingginya tahun ini pada April, tren harga minyak jenis brent bergerak turun (downtrend). Sedangkan dalam jangka yang lebih pendek harga brent masih dalam kondisi tertekan yang terlihat dari posisinya yang bergerak di bawah rata-rata harganya selama lima hari (moving average/MA5).
Koreksi harganya berpotensi masih berlanjut hingga menguji level 55/US$ per barel, yang merupakan level support terdekatnya.
Indikator teknikal lainnya yakni Relative Strength Index (RSI), harga minyak masih cenderung turun namun tekanannya terlihat berkurang dengan bergerak cenderung menyamping (sideways).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/gus) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
OPEC berencana memangkas pasokan demi menyeimbangkan minyak mentah di harga pasar global. Arab Saudi dikabarkan telah menghubungi negara sekutu yang juga produsen minyak untuk mendiskusikan harga minyak yang sudah rendah. Meski akan memangkas produksi, sentimen tersebut belum mampu mengangkat harga minyak di pasar global.
Seperti diketahui harga minyak mentah terpangkas lebih dari 20% sejak bulan April. Dalam sepekan terakhir harga minyak jenis light sweet terpangkas 5,7%, serta jenis brent yang juga menjadi acuan harga minyak di dalam negeri anjlok lebih dalam hingga 7,4%.
Pada pukul 13:05 WIB, Jumat (9/8/2019) harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Oktober melemah 0,14% menjadi 57,3/barel. Sementara harga minyak mentah jenis light sweet (West Texas Intermediate/WTI) pada waktu yang sama terpangkas 0,06% ke posisi US$ 52,49/barel.
Penurunan harga minyak di pasar global, khususnya jenis brent akan menjadi sentimen positif bagi rupiah, sebab Indonesia adalah negara net importir minyak. Ketika harga minyak turun, maka biaya importasi menjadi semakin murah.
Akibatnya, defisit pada neraca dagang dan transaksi berjalan (current account) akan berkurang dan rupiah berpotensi terhindar dari pelemahan.
Analisis Teknikal
Setelah menyentuh harga tertingginya tahun ini pada April, tren harga minyak jenis brent bergerak turun (downtrend). Sedangkan dalam jangka yang lebih pendek harga brent masih dalam kondisi tertekan yang terlihat dari posisinya yang bergerak di bawah rata-rata harganya selama lima hari (moving average/MA5).
![]() |
Indikator teknikal lainnya yakni Relative Strength Index (RSI), harga minyak masih cenderung turun namun tekanannya terlihat berkurang dengan bergerak cenderung menyamping (sideways).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/gus) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular