
Koreksi Obligasi Terhenti Saat Perang Dagang Makin Panas
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 August 2019 18:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi harga wajar obligasi rupiah pemerintah hari ini semakin mereda meskipun perang dagang semakin panas.
Merujuk data PT Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA), koreksi harga wajar surat berharga negara (SBN) yang mereda itu tercermin dari turunnya empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield) yang lebih mereda dibanding kemarin.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Rerata kenaikan yield wajar hari ini mereda menjadi 1,01 bps, lebih kecil dari kenaikan yield wajar kemarin 8,72 bps.
Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 6 Aug'19
Sumber: IBPA
Yield Obligasi Negara Acuan 6 Aug'19
Sumber: Refinitiv
Kondisi pasar keuangan global semakin panas hari ini setelah China membalas julukan "manipulator mata uang" dari AS dengan menyatakan Negeri Paman Sam perlu kembali ke jalan yang benar dan perlakuan terhadap negaranya dianggap dapat mencederai arah finansial internasional dan menciptakan kekacauan di pasar keuangan.
Dari dalam negeri, pemerintah berhasil menjual surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) sedikit di atas sesuai dengan target maksimal Rp 8 triliun dalam lelang rutin yang digelar hari ini, yaitu Rp 8,03 triliun, dengan nilai penawaran peserta lelang Rp 18,05 triliun.
Angka permintaan itu lebih tinggi daripada permintaan lelang sukuk negara sebelumnya Rp 16,47 triliun meskipun masih lebih rendah daripada rerata lelang sejak awal tahun Rp 22,52 triliun.
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh turunnya indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).
Indeks tersebut turun 0,4 poin (0,16%) menjadi 254,6 dari posisi kemarin 255. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 592 bps, masih melebar dari spread kemarin 588 bps.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 1.017,93 triliun atau 39,27% dari total beredar Rp 2.591 triliun.
Nilai itu mencerminkan adanya arus dana keluar di awal pekan ini sebesar Rp 1,43 triliun, menandai pertama kalinya pasar SUN ditinggalkan investor sejak koreksi yang berlangsung sejak 26 Juli.
Penguatan masih terjadi di beberapa pasar negara Eropa yaitu Jerman dan Prancis menyikapi risiko yang membesar, tetapi beberapa pasar obligasi negara berkembang sudah tidak lagi menguat yang menandakan investor mulai memfaktorkan risiko yang naik ke dalam yield obligasi yang ada.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Merujuk data PT Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA), koreksi harga wajar surat berharga negara (SBN) yang mereda itu tercermin dari turunnya empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield) yang lebih mereda dibanding kemarin.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Rerata kenaikan yield wajar hari ini mereda menjadi 1,01 bps, lebih kecil dari kenaikan yield wajar kemarin 8,72 bps.
Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 6 Aug'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 5 Aug'19 (%) | Yield 6 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0077 | 5 tahun | 7.079 | 7.1195 | 4.05 |
FR0078 | 10 tahun | 7.6419 | 7.6068 | -3.51 |
FR0068 | 15 tahun | 7.9464 | 7.9523 | 0.59 |
FR0079 | 20 tahun | 8.117 | 8.146 | 2.90 |
Avg movement | 1.01 |
Yield Obligasi Negara Acuan 6 Aug'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 5 Aug'19 (%) | Yield 6 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 6 Aug'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 7.06 | 7.122 | 6.20 | 7.1195 |
FR0078 | 10 tahun | 7.624 | 7.666 | 4.20 | 7.6068 |
FR0068 | 15 tahun | 7.886 | 7.997 | 11.10 | 7.9523 |
FR0079 | 20 tahun | 8.066 | 8.17 | 10.40 | 8.146 |
Avg movement | 7.98 |
Kondisi pasar keuangan global semakin panas hari ini setelah China membalas julukan "manipulator mata uang" dari AS dengan menyatakan Negeri Paman Sam perlu kembali ke jalan yang benar dan perlakuan terhadap negaranya dianggap dapat mencederai arah finansial internasional dan menciptakan kekacauan di pasar keuangan.
Dari dalam negeri, pemerintah berhasil menjual surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) sedikit di atas sesuai dengan target maksimal Rp 8 triliun dalam lelang rutin yang digelar hari ini, yaitu Rp 8,03 triliun, dengan nilai penawaran peserta lelang Rp 18,05 triliun.
Angka permintaan itu lebih tinggi daripada permintaan lelang sukuk negara sebelumnya Rp 16,47 triliun meskipun masih lebih rendah daripada rerata lelang sejak awal tahun Rp 22,52 triliun.
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh turunnya indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).
Indeks tersebut turun 0,4 poin (0,16%) menjadi 254,6 dari posisi kemarin 255. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 592 bps, masih melebar dari spread kemarin 588 bps.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 1.017,93 triliun atau 39,27% dari total beredar Rp 2.591 triliun.
Nilai itu mencerminkan adanya arus dana keluar di awal pekan ini sebesar Rp 1,43 triliun, menandai pertama kalinya pasar SUN ditinggalkan investor sejak koreksi yang berlangsung sejak 26 Juli.
Penguatan masih terjadi di beberapa pasar negara Eropa yaitu Jerman dan Prancis menyikapi risiko yang membesar, tetapi beberapa pasar obligasi negara berkembang sudah tidak lagi menguat yang menandakan investor mulai memfaktorkan risiko yang naik ke dalam yield obligasi yang ada.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 5 Aug'19 (%) | Yield 6 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.25 | 7.38 | 13.00 |
China | 3.066 | 3.078 | 1.20 |
Jerman | -0.509 | -0.539 | -3.00 |
Prancis | -0.233 | -0.266 | -3.30 |
Inggris | 0.512 | 0.515 | 0.30 |
India | 6.352 | 6.338 | -1.40 |
Jepang | -0.193 | -0.177 | 1.60 |
Malaysia | 3.547 | 3.563 | 1.60 |
Filipina | 4.507 | 4.605 | 9.80 |
Rusia | 7.5 | 7.35 | -15.00 |
Singapura | 1.782 | 1.802 | 2.00 |
Thailand | 1.72 | 1.73 | 1.00 |
Amerika Serikat | 1.736 | 1.743 | 0.70 |
Afrika Selatan | 8.37 | 8.44 | 7.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular