
Walah, Sudah 3 Hari Rupiah Lesu Lawan Dolar Singapura...
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 August 2019 14:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan hari ini. Artinya, apresiasi mata uang Negeri Singa di hadapan rupiah sudah terjadi selama tiga hari beruntun.
Pada Senin (5/8/2019) pukul 14:05 WIB, SG$ 1 dibanderol Rp 10.329,98 atau menguat 0,35% di pasar spot.
Indeks aktivitas manufaktur Singapura pada Juli tercatat 51. Naik dari bulan sebelumnya yaitu 50,6. Data yang dirilis oleh Markit ini didapat dari hasil survei terhadap manajer pembelian sehingga disebut Purchasing Managers' Index (PMI), dan menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Angka di atas 50 berarti ekspansi atau peningkatan aktivitas, sementara di bawah 50 berarti kontraksi atau aktivitas yang semakin menyusut.
Peningkatan ekspansi sektor manufaktur Singapura di bulan Juli tentunya menjadi awal yang bagus bagi Negeri Merlion pada kuartal III-2019 tahun ini setelah membukukan kontraksi pada kuartal II-2019.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang kuartal II-2019 perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,05% secara tahunan (YoY), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Pertumbuhan ekonomi pada 3 bulan kedua tahun 2019 melambat jika dibandingkan capaian kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%.
Mengingat pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun ini ternyata melambat, maka target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah untuk tahun 2019 di level 5,3% tampak akan kian sulit untuk tercapai. Rilis data tersebut menambah tekanan bagi Mata Uang Garuda.
Penguatan dolar Singapura di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli dolar Singapura di dalam negeri yang diambil dari situs resmi beberapa bank.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/aji) Next Article Rupiah Keok, Dolar Singapura Perkasa 2 Hari Beruntun
Pada Senin (5/8/2019) pukul 14:05 WIB, SG$ 1 dibanderol Rp 10.329,98 atau menguat 0,35% di pasar spot.
Indeks aktivitas manufaktur Singapura pada Juli tercatat 51. Naik dari bulan sebelumnya yaitu 50,6. Data yang dirilis oleh Markit ini didapat dari hasil survei terhadap manajer pembelian sehingga disebut Purchasing Managers' Index (PMI), dan menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Angka di atas 50 berarti ekspansi atau peningkatan aktivitas, sementara di bawah 50 berarti kontraksi atau aktivitas yang semakin menyusut.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang kuartal II-2019 perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,05% secara tahunan (YoY), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Pertumbuhan ekonomi pada 3 bulan kedua tahun 2019 melambat jika dibandingkan capaian kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%.
Mengingat pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun ini ternyata melambat, maka target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah untuk tahun 2019 di level 5,3% tampak akan kian sulit untuk tercapai. Rilis data tersebut menambah tekanan bagi Mata Uang Garuda.
Penguatan dolar Singapura di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli dolar Singapura di dalam negeri yang diambil dari situs resmi beberapa bank.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
BCA | 10.307,10 | 10.355,10 |
BRI | 10.253,45 | 10.396,59 |
Mandiri | 10.238,00 | 10.341,00 |
BNI | 10.301,00 | 10.360,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/aji) Next Article Rupiah Keok, Dolar Singapura Perkasa 2 Hari Beruntun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular