Kemarin Ambruk, Hari Ini Wall Street Masih Akan Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 August 2019 18:29
Wall Street akan dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 18:20 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 42 poin pada saat pembukaan perdagangan malam hari ini, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 8 dan 35 poin.

Pasca kemarin (1/8/2019) babak belur, Wall Street masih akan melemah pada hari ini. Pada perdagangan kemarin, indeks Dow Jones ambruk 1,05%, indeks S&P 500 jatuh 0,9%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 0,79%.

Kicauan Presiden AS Donald Trump di Twitter masih menjadi momok bagi pelaku pasar saham AS. Kemarin, Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak perang dagang. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 September. Kacaunya lagi, Trump menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25%.

"AS akan mulai, pada tanggal 1 September, mengenakan bea masuk tambahan dengan besaran yang kecil yakni 10% terhadap sisa produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang masuk ke negara kita," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.



Melansir CNBC International, belum jelas apa yang membuat Trump mengakhiri periode gencatan senjata yang disepakati dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir bulan Juni, kala keduanya bertemu di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang.

Satu hal yang pasti, pengumuman dari Trump ini datang pasca dirinya melakukan rapat dengan Menteri keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer terkait dengan hasil negosiasi di Shanghai pada pekan ini.

China pun akhirnya dibuat panas dan angkat bicara terkait dengan serangan terbaru dari Trump. Beijing menyebut bahwa pihaknya tak akan tinggal diam menghadapi "pemerasan" yang dilakukan AS, serta memperingatkan akan adanya serangan balasan.

"Jika AS benar mengeksekusi bea masuk tersebut maka China harus meluncurkan kebijakan balasan yang diperlukan guna melindungi kepentingan-kepentingan kami yang mendasar," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dilansir dari Reuters.

Ketika perang dagang dengan China tereskalasi, tentu laju perekonomian AS akan semakin tertekan.

Pada hari ini, pelaku pasar akan memantau rilis angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juli 2019. Data ini akan dirilis oleh Bureau of Labor Statistics pada pukul 19:30 WIB. Melansir Forex Factory, konsensus untuk data ini berada di angka 164.000.

Rilis data ini menjadi begitu penting lantaran pasar tenaga kerja merupakan satu dari dua indikator utama yang diperhatikan oleh The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS dalam mengambil keputusan.

Jika data penciptaan lapangan kerja berada di bawah ekspektasi, ada peluang bahwa Wall Street akan finis di zona hijau. Pasalnya, rilis data penciptaan lapangan kerja yang di bawah ekspektasi akan memantik optimisme bahwa The Fed akan kembali memangkas tingkat suku bunga acuannya pada tahun ini, pasca pada hari Rabu (31/7/2019) Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya sudah memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular