
Rupiah Mepet-mepet Rp 14.100/US$ di Kurs Tengah BI dan Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 August 2019 10:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun melemah di perdagangan pasar spot, bahkan dolar AS sempat kembali menyentuh Rp 14.100.
Pada Kamis (1/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.098. Rupiah melemah 0,51% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara di perdagangan pasar spot, rupiah pun tidak bertaji di hadapan dolar AS. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.090 di mana rupiah melemah 0,56%.
Bahkan kemudian rupiah melemah semakin parah. Pada pukul 10:07 WIB, US$ dibanderol Rp 14.095, rupiah melemah 0,59%. Dolar AS mencoba kembali merangsek ke Rp 14.100.
Kala pembukaan pasar, rupiah melemah 0,31%. Selepas itu, depresiasi rupiah semakin dalam dan dolar AS sempat menyentuh Rp 14.100 meski tidak lama.
Pagi ini, hampir seluruh mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Hanya dolar Taiwan dan dolar Hong Kong yang masih mampu menguat, sisanya tidak selamat.
Namun depresiasi 0,59% membuat rupiah berada di dasar klasemen mata uang Benua Kuning. Ya, rupiah masih yang terlemah di Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:08 WIB:
Tidak hanya pasar valas, bursa saham Asia pun didominasi warna merah. Pada pukul 09:47 WIB, indeks Shanghai Composite melemah 0,57%, Hang Seng turun 0,58%, Nikkei 225 minus 0,003%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,05%.
Tampaknya pasar keuangan Asia kehilangan peminat karena arus modal menyemut di sekitar dolar AS. Pada pukul 09:49 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,32%.
Penyebab keperkasaan mata uang Negeri Adidaya adalah hasil rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserves/TheFed), Federal Open Market Committee/FOMC. Seperti yang sudah diperkirakan, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan rekan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25%.
Sebenarnya yang menjadi biang kerok adalah pernyataan Powell dalam jumpa pers usai rapat. Powell memberi kode yang cukup keras bahwa The Fed tidak akan memangkas suku bunga acuan secara agresif.
"Saya perjelas. Ini bukan awal dari rangkaian panjang penurunan suku bunga," tegasnya, seperti dikutip dari Reuters.
Selepas pernyataan itu, Powell kemudian mengatakan hal yang agak berkebalikan. "Saya tidak bilang hanya akan ada sekali penurunan suku bunga," ujarnya.
Namun pelaku pasar terlanjur berpersepsi bahwa The Fed tidak terlampau kalem alias dovish. Sisa-sisa hawkish dari tahun lalu sepertinya masih ada dalam diri Powell. Bahkan pelaku pasar kini memperkirakan tidak ada lagi penurunan suku bunga acuan hingga akhir tahun.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate tetap di 2-2,25% pada akhir 2019 adalah 43,2%, tertinggi di antara peluang lainnya.
Perkembangan ini membuat dolar AS melaju kencang. Penurunan suku bunga acuan yang tidak agresif, bahkan mungkin tidak ada lagi sampai akhir 2019, membuat investasi di dolar AS tidak rugi-rugi banget lah. Ini menjadi faktor utama penyebab keperkasaan dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang, tidak terkecuali rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (1/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.098. Rupiah melemah 0,51% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara di perdagangan pasar spot, rupiah pun tidak bertaji di hadapan dolar AS. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.090 di mana rupiah melemah 0,56%.
Kala pembukaan pasar, rupiah melemah 0,31%. Selepas itu, depresiasi rupiah semakin dalam dan dolar AS sempat menyentuh Rp 14.100 meski tidak lama.
Pagi ini, hampir seluruh mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Hanya dolar Taiwan dan dolar Hong Kong yang masih mampu menguat, sisanya tidak selamat.
Namun depresiasi 0,59% membuat rupiah berada di dasar klasemen mata uang Benua Kuning. Ya, rupiah masih yang terlemah di Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:08 WIB:
Tidak hanya pasar valas, bursa saham Asia pun didominasi warna merah. Pada pukul 09:47 WIB, indeks Shanghai Composite melemah 0,57%, Hang Seng turun 0,58%, Nikkei 225 minus 0,003%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,05%.
Tampaknya pasar keuangan Asia kehilangan peminat karena arus modal menyemut di sekitar dolar AS. Pada pukul 09:49 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,32%.
Penyebab keperkasaan mata uang Negeri Adidaya adalah hasil rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserves/TheFed), Federal Open Market Committee/FOMC. Seperti yang sudah diperkirakan, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan rekan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25%.
Sebenarnya yang menjadi biang kerok adalah pernyataan Powell dalam jumpa pers usai rapat. Powell memberi kode yang cukup keras bahwa The Fed tidak akan memangkas suku bunga acuan secara agresif.
"Saya perjelas. Ini bukan awal dari rangkaian panjang penurunan suku bunga," tegasnya, seperti dikutip dari Reuters.
Selepas pernyataan itu, Powell kemudian mengatakan hal yang agak berkebalikan. "Saya tidak bilang hanya akan ada sekali penurunan suku bunga," ujarnya.
Namun pelaku pasar terlanjur berpersepsi bahwa The Fed tidak terlampau kalem alias dovish. Sisa-sisa hawkish dari tahun lalu sepertinya masih ada dalam diri Powell. Bahkan pelaku pasar kini memperkirakan tidak ada lagi penurunan suku bunga acuan hingga akhir tahun.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate tetap di 2-2,25% pada akhir 2019 adalah 43,2%, tertinggi di antara peluang lainnya.
![]() |
Perkembangan ini membuat dolar AS melaju kencang. Penurunan suku bunga acuan yang tidak agresif, bahkan mungkin tidak ada lagi sampai akhir 2019, membuat investasi di dolar AS tidak rugi-rugi banget lah. Ini menjadi faktor utama penyebab keperkasaan dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang, tidak terkecuali rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular