Kinerja Positif Apple & LG Bantu Wall Street Dibuka Menghijau

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
31 July 2019 20:59
Wall Street dibuka menghijau pada Rabu menyambut kinerja positif Apple sementara The Fed diyakini kian pasti memangkas suku bunga.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Amerika Serikat (AS) dibuka menghijau pada Rabu (31/7/2019) menyambut kinerja positif Apple sementara bank sentral AS diyakini kian pasti memangkas suku bunga acuannya.

Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka menguat 48 poin (0,2%) pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), sebelum kemudian berlanjut menjadi 64 poin selang 20 menit kemudian, ke 27.262,44. Pada waktu yang sama, Indeks S&P 500 menguat 0,01% (0,6 poin) ke 3.013,56 sedangkan indeks Nasdaq bertambah 0,08% (6 poin) ke 8.280,46. Saham perusahaan raksasa Apple meroket lebih dari 4% setelah melaporkan laba bersih dan pendapatan kuartalan yang melampaui ekspektasi analis. Perseroan juga memberikan target kinerja yang lebih baik hingga akhir tahun ini.

"Secara umum ketika kami menimbang valuasi saham AAPL dengan kinerja fundamental untuk mendongkrak target laba bersih per saham, kami melihat profil keuntungan yang berimbang secara relatif terhadap risikonya," tutur analis Deutsche Bank Jeriel Ong, dalam laporan risetnya sebagaimana diberitakan CNBC Internatiional.

Saham General Electric juga meroket, sebesar 1% jelang pengumuman laba bersihnya. FactSet menyebutkan hampir 60% emiten yang menjadi konstituen indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangan kuartal II-2019. Dari situ, 76% membukukan kinerja di atas ekspektasi.

Pelaku pasar juga mengantisipasi pemangkasan suku bunga acuan The Fed pada pukul 14:00 waktu setempat, dan dijadwalkan menggelar konferensi pers setelah itu. Pelaku pasar telah memfaktorkan pemangkasan sebesar 25 basis-poin (bps).

Jika The Fed memenuhi ekspektasi pelaku pasar tersebut, maka ini bakal menjadi pemangkasan pertama sejak krisis finansial lebih dari 10 tahun yang lalu. Ini bajal dilakukan di tengah data ekonomi yang mixed, dengan pertumbuhan ekonomi melambat ke 2,1% pada kuartal II-2019.

"The Fed telah memperhitungkan pertumbuhan ekonomi yang lebih landai. Inflasi mengarah ke pelemahan, tetapi tidak sampai resesi," ujar chief U.S. strategist Alpine Macro David Abramson dalam laporan risetnya.

Proyeksi atas langkah The Fed itu memicu kenaikan harga aset berisiko di seluruh dunia seperti saham. Hanya saja, kekhawatiran seputar perang dagang kembali membuat kenaikan tersebut melandai.

Presiden AS Donald Trump melalui Twitter-nya menuding China telah melanggar janjinya untuk membeli produk pertanian AS, meski China menyatakan telah melakukan impor produk pertanian AS. Cuitan ini memangkas harapan bahwa AS dan China bakal segera berdamai.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular