
Setelah Naik Lebih dari 2%, Harga Minyak Terus Ngegas
Houtmand P Saragih & Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
31 July 2019 09:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia ikut terkerek naik akibat sentimen harapan penurunan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
Pada perdagangan hari Rabu (31/7/2019) pukul 09:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman September naik 0,68% ke level US$ 65,16/barel.
Adapun harga light sweet (West Texas Intermediate/WTI) kontrak pengiriman September menguat 0,65% menjadi US$ 58,43/barel.
Sehari sebelumnya (30/7/2019) harga Brent dan WTI ditutup melesat masing-masing sebesar 1,59% dan 2,07%.
Sebagaimana yang telah diketahui, Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) The Fed akan mengumumkan hasil rapat bulanan edisi Juli pada 1 Agustus 2019 dini hari waktu Indonesia.
Pelaku pasar meyakini 100% bahwa The Fed akan mengumumkan penurunan suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR).
Mengutip CME Fedwatch hari Rabu (31/72019) pukul 09:00 WIB, probabilitas The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin adalah sebesar 78,1%. Sementara probabilitas The Fed memangkas suku bunga acuan 50 basis poin mencapai 21,9%.
Harapan akan penurunan suku bunga The Fed terbukti mampu membuat pasar semakin yakin bahwa permintaan energi ke depan bisa terangkat.
Pasalnya, kala suku bunga acuan diturunkan, fasilitas kredit akan semakin murah dan mendorong berbagai badan usaha untuk melakukan ekspansi bisnis. Pertumbuhan ekonomi bisa meningkat.
Permintaan energi seringkali akan bergerak searah dengan pertumbuhan ekonomi. Kala ekonomi melaju kencang, maka pertumbuhan permintaan energi, yang salah satunya adalah minyak bisa lebih tinggi.
Selain itu, harga minyak juga mendapat dorongan dari proyeksi penurunan stok minyak mentah AS.
Sebuah grup industri, American Petroleum Institute (API) memperkirakan stok minyak mentah AS untuk minggu yang berakhir pada 26 Juli 2019 akan turun sebesar 6 juta barel.
Proyeksi penurunan tersebut lebih besar ketimbang konsensus analis Reuters yang sebesar 2,6 juta barel.
Sementara API memperkirakan stok bensin (gasolin) akan turun sebanyak 3,1 juta barel, lebih dalam dibanding ramalan penurunan konsensus Reuters yang sebesar 1,4 juta barel.
Jika perkiraan tersebut dikonfirmasi oleh data resmi pemerintah AS yang akan dirilis oleh Energy Information Administration (EIA) malam hari nanti, maka harga minyak berpotensi kembali terangkat.
Pasalnya, itu akan menjadi penurunan stok minyak yang terjadi dalam tujuh minggu secara berturut-turut. Menandakan bahwa permintaan energi di Negara Adidaya masih kuat dan meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Pada perdagangan hari Rabu (31/7/2019) pukul 09:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman September naik 0,68% ke level US$ 65,16/barel.
Adapun harga light sweet (West Texas Intermediate/WTI) kontrak pengiriman September menguat 0,65% menjadi US$ 58,43/barel.
Sebagaimana yang telah diketahui, Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) The Fed akan mengumumkan hasil rapat bulanan edisi Juli pada 1 Agustus 2019 dini hari waktu Indonesia.
Pelaku pasar meyakini 100% bahwa The Fed akan mengumumkan penurunan suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR).
Mengutip CME Fedwatch hari Rabu (31/72019) pukul 09:00 WIB, probabilitas The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin adalah sebesar 78,1%. Sementara probabilitas The Fed memangkas suku bunga acuan 50 basis poin mencapai 21,9%.
Harapan akan penurunan suku bunga The Fed terbukti mampu membuat pasar semakin yakin bahwa permintaan energi ke depan bisa terangkat.
Pasalnya, kala suku bunga acuan diturunkan, fasilitas kredit akan semakin murah dan mendorong berbagai badan usaha untuk melakukan ekspansi bisnis. Pertumbuhan ekonomi bisa meningkat.
Permintaan energi seringkali akan bergerak searah dengan pertumbuhan ekonomi. Kala ekonomi melaju kencang, maka pertumbuhan permintaan energi, yang salah satunya adalah minyak bisa lebih tinggi.
Selain itu, harga minyak juga mendapat dorongan dari proyeksi penurunan stok minyak mentah AS.
Sebuah grup industri, American Petroleum Institute (API) memperkirakan stok minyak mentah AS untuk minggu yang berakhir pada 26 Juli 2019 akan turun sebesar 6 juta barel.
Proyeksi penurunan tersebut lebih besar ketimbang konsensus analis Reuters yang sebesar 2,6 juta barel.
Sementara API memperkirakan stok bensin (gasolin) akan turun sebanyak 3,1 juta barel, lebih dalam dibanding ramalan penurunan konsensus Reuters yang sebesar 1,4 juta barel.
Jika perkiraan tersebut dikonfirmasi oleh data resmi pemerintah AS yang akan dirilis oleh Energy Information Administration (EIA) malam hari nanti, maka harga minyak berpotensi kembali terangkat.
Pasalnya, itu akan menjadi penurunan stok minyak yang terjadi dalam tujuh minggu secara berturut-turut. Menandakan bahwa permintaan energi di Negara Adidaya masih kuat dan meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Most Popular