
Ulasan Teknikal Saham
Saham Diborong Saratoga Rp 1 T, Kemana Larinya Saham TBIG?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
30 July 2019 14:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bisnis jasa pendukung telekomunikasi, penyewaan dan pemeliharaan Base Transceiver Station (BTS) yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), pada pekan lalu sahamnya diborong oleh PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).
Pada Jumat (19/7/2019) lalu, Saratoga, perusahaan investasi yang didirikan oleh Edwin Soeryadjaja dan Sandiaga Uno tersebut merogoh dana hingga Rp 1,08 triliun di pasar negosiasi untuk menambah kepemilikan saham pada emiten TBIG.
Kemudian pada Selasa (23/7/2019) pekan lalu, Saratoga kembali membeli saham TBIG sebanyak 23.821.704 saham TBIG dengan nilai Rp 95,29 miliar pada harga Rp 4.000/saham.
Menurut Sandi Rahayu, Kepala Divisi Hukum dan Sekretaris Perusahaan Saratoga, pembelian saham TBIG tidak hanya dilakukan perusahaan tetapi juga melalui anak usahanya PT Wahana Anugerah Sejahtera.
Wahana diketahui membeli saham TBIG sebanyak dua kali yakni pada tanggal 19 Juli sebanyak 149.747.238 saham dan pada 23 Juli sebanyak 95.286.817 saham pada harga yang sama yakni Rp 4.000/saham.
Hingga penutupan bursa sesi I, saham TBIG diperdagangkan stagnan pada level Rp 4.350/unit saham. Volume transaksinya mencapai 505 ribu unit senilai Rp 2,2 miliar. Sejak awal tahun diam-diam harga sahamnya melesat hingga 20,8%.
Analisis Teknikal
Saham TBIG sempat mengalami tekanan jual pada awal tahun hingga pertengahan Mei 2019 pada level Rp 3.050/saham. Setelah itu, tren sahamnya bergerak naik hingga saat ini.
Belum ada tanda-tanda perubahan arah tren kenaikan pada saham tersebut, selain itu sahamnya cukup likuid berkisar ratusan miliar setiap bulannya sehingga cukup mudah ditransaksikan terutama oleh investor ritel.
Secara jangka pendek harga sahamnya sementara waktu berpotensi tertekan, karena posisinya saat ini bergerak di bawah rata-rata harganya dalam lima hari terakhir (moving average five/MA5).
Namun dalam jangka menengah, sahamnya masih berpotensi menguat karena posisi harganya bergerak di atas MA20.
Jika dilihat dari tingkat kejenuhannya, saham tersebut bergerak pada area netral atau belum jenuh memasuki wilayah jenuh belinya (overbought) sehingga potensi kenaikannya sebenarnya masih terbuka, berdasarkan indikator teknikal Relative Strength Index (RSI).
Melihat tren sahamnya yang masih naik, ada potensi harga sahamnya menguji level harga Rp 4.700/unit, dalam jangka waktu beberapa minggu hingga tiga bulan ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Ada kok Saham LQ45 yang Murah, Ini Daftarnya Kak!
Pada Jumat (19/7/2019) lalu, Saratoga, perusahaan investasi yang didirikan oleh Edwin Soeryadjaja dan Sandiaga Uno tersebut merogoh dana hingga Rp 1,08 triliun di pasar negosiasi untuk menambah kepemilikan saham pada emiten TBIG.
Kemudian pada Selasa (23/7/2019) pekan lalu, Saratoga kembali membeli saham TBIG sebanyak 23.821.704 saham TBIG dengan nilai Rp 95,29 miliar pada harga Rp 4.000/saham.
Wahana diketahui membeli saham TBIG sebanyak dua kali yakni pada tanggal 19 Juli sebanyak 149.747.238 saham dan pada 23 Juli sebanyak 95.286.817 saham pada harga yang sama yakni Rp 4.000/saham.
Hingga penutupan bursa sesi I, saham TBIG diperdagangkan stagnan pada level Rp 4.350/unit saham. Volume transaksinya mencapai 505 ribu unit senilai Rp 2,2 miliar. Sejak awal tahun diam-diam harga sahamnya melesat hingga 20,8%.
Analisis Teknikal
Saham TBIG sempat mengalami tekanan jual pada awal tahun hingga pertengahan Mei 2019 pada level Rp 3.050/saham. Setelah itu, tren sahamnya bergerak naik hingga saat ini.
Belum ada tanda-tanda perubahan arah tren kenaikan pada saham tersebut, selain itu sahamnya cukup likuid berkisar ratusan miliar setiap bulannya sehingga cukup mudah ditransaksikan terutama oleh investor ritel.
![]() |
Namun dalam jangka menengah, sahamnya masih berpotensi menguat karena posisi harganya bergerak di atas MA20.
Jika dilihat dari tingkat kejenuhannya, saham tersebut bergerak pada area netral atau belum jenuh memasuki wilayah jenuh belinya (overbought) sehingga potensi kenaikannya sebenarnya masih terbuka, berdasarkan indikator teknikal Relative Strength Index (RSI).
Melihat tren sahamnya yang masih naik, ada potensi harga sahamnya menguji level harga Rp 4.700/unit, dalam jangka waktu beberapa minggu hingga tiga bulan ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Ada kok Saham LQ45 yang Murah, Ini Daftarnya Kak!
Most Popular