Dolar AS 'Ngamuk', Rupiah Bisa ke Rp 14.000/US$ Lagi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 July 2019 08:31
Dolar AS 'Ngamuk', Rupiah Bisa ke Rp 14.000/US$ Lagi?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah seolah kompakan dengan mata uang Asia lainnya yang tidak berdaya di hadapan greenback. 

Pada Jumat (26/7/2019), US$ 1 dihargai Rp 13.990 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,11%. Namun dalam tiga hari perdagangan sebelumnya, rupiah terus-terusan melemah sampai dolar AS sempat menembus kisaran Rp 14.000/US$. Jika rupiah terus melemah, maka bukan tidak mungkin dolar AS kembali menyentuh level tersebut. 


Namun rupiah tidak sendirian. Seluruh mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS, tidak ada yang selamat.  

Baht Thailand menjadi mata uang dengan depresiasi terdalam. Disusul oleh ringgit Malaysia dan rupiah berada di posisi ketiga terbawah. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:11 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS mendapat kekuatan selepas pengumuman hasil rapat Bank Sentral Uni Eropa (ECB). Presiden Mario Draghi dan kolega memang masih mempertahankan suku bunga acuan deposit rate di angka -0,4%. Namun sosok yang akan habis masa jabatan pada 31 Oktober itu jelas menyebutkan bahwa ekonomi Benua Biru sangat lesu, mengindikasikan bahwa pelonggaran kebijakan moneter sudah di depan mata. 

"Prospek ekonomi semakin memburuk, manufaktur memburuk. Kami tidak suka dengan apa yang kami lihat," tegas Draghi dalam konferensi pers usai rapat, dikutip dari Reuters. 

Komentar Draghi ditegaskan oleh pernyataan tertulis ECB. Kebijakan moneter yang akomodatif dibutuhkan selama inflasi belum menyentuh target 2% dalam jangka menengah. 

"Dewan menggarisbawahi bahwa kebutuhan terhadap kebijakan moneter yang sangat akomodatif sudah ada, karena inflasi terus-menerus berada di bawah target. Jika inflasi masih di bawah target dalam jangka menengah, maka Dewan akan bertindak," sebut pernyataan tertulis ECB. 

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ECB akan menurunkan suku bunga acuan 10 basis poin menjadi -0,5% pada September. Sudah minus, tambah dalam lagi.

Berinvestasi di euro boleh dibilang sangat tidak menguntungkan, dan ini menjadi angin segar bagi dolar AS. Jadi tidak heran dolar AS 'mengamuk' di Asia, dan rupiah menjadi salah satu korbannya.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular