Derita Rupiah di Kurs Tengah BI Berakhir Hari Ini

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 July 2019 10:40
Derita Rupiah di Kurs Tengah BI Berakhir Hari Ini
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Akhirnya pelemahan rupiah yang terjadi selama tiga hari berakhir juga. 

Pada Kamis (25/7/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.986. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Sejak awal pekan hingga kemarin, rupiah selalu melemah di kurs tengah BI. Selama periode tersebut, pelemahan rupiah tercatat 0,7%. 

 

Rupiah juga menguat di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.980 di mana rupiah menguat 0,07%. 

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 0,04%. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah menebal meski masih relatif terbatas. 


Namun meski penguatannya tipis saja, rupiah berhasil menjadi salah satu mata uang terbaik di Asia. Rupiah menempati posisi ketiga, di bawah peso Filipina yang berada di puncak klasemen dan dolar Taiwan sebagai runner-up. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:10 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah dan mata uang Asia lainnya berhasil memanfaatkan tekanan yang dialami dolar AS. Pada pukul 10:11 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,02%. 

Maklum saja, dolar AS sudah menguat lumayan tajam. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index menguat hampir 1%. Sedangkan selama sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai 1,64%. 

 

Oleh karena itu, risiko depresiasi akan selalu membayangi langkah dolar AS. Investor yang merasa sudah mendapat cuan yang lumayan tentu tergoda untuk mencairkannya sehingga dolar AS rentan terserang tekanan jual. Ini mungkin sedang terjadi sekarang dan dolar AS pun melemah. 


Namun, rasanya koreksi yang dialami dolar AS hanya sementara. Ke depan, ada potensi mata uang Negeri Paman Sam kembali menguat. 

Alasannya, ekspektasi pelonggaran moneter oleh Bank Sentral Uni Eropa (ECB) begitu kuat. ECB akan mengumumkan hasil rapat (termasuk suku bunga acuan) malam ini waktu Indonesia. Meski pelaku pasar memperkirakan belum ada penurunan suku bunga acuan, tetapi Presiden Mario Draghi diyakini bakal memberi petunjuk yang tegas mengenai pelonggaran kebijakan.  

"Kami memperkirakan Presiden Draghi akan membuka jalan untuk pelonggaran kebijakan ke depan, dengan melanjutkan program quantitative easing (pembelian surat berharga). Namun untuk sekarang, ECB sepertinya baru membuka jalan dan belum melangkah lebih jauh," sebut riset BNP Paribas. 

Walau belum dieksekusi hari ini, tetapi pasar percaya bahwa ECB akan menurunkan suku bunga acuan cepat atau lambat. Ini membuat suku bunga acuan di Benua Biru yang sudah minus semakin dalam terjerumus ke teritori negatif. 

Sejak Maret 2016, suku bunga acuan ECB berada di angka -0,4%. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan terjadi penurunan 10 basis poin (bps) menjadi -0,5% pada September. 



Memang benar Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) juga kemungkinan besar menurunkan suku bunga acuan dalam rapat 31 Juli. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps adalah 74,5% sementara peluang turun 50% berada di 25,6%. 

Namun walau turun, bahkan 50 bps, suku bunga acuan AS masih berada di teritori positif. Jauh di atas suku bunga acuan ECB.  

 

Oleh karena itu, berinvestasi di AS masih lebih menguntungkan ketimbang di Eropa. Ini akan menjadi energi positif yang bisa menguatkan mata uang Negeri Paman Sam. 

Rupiah boleh menguat hari ini. Namun level kewaspadaan tidak boleh diturunkan karena dolar AS siap menguat kapan saja.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular