
Rupiah Sudah 3 Hari Merana, Saatnya Balas Dendam!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 July 2019 08:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah yang sudah melemah tiga hari beruntun memang menyimpan kekuatan untuk berbalik menguat.
Pada Kamis (25/7/2019), US$ 1 dihargai Rp 13.985 kala pembukaan pasar. Rupiah menguat 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air selalu melemah sejak awal pekan hingga kemarin, alias tiga hari berturut-turut. Selama periode ini, depresiasi rupiah tercatat 0,43%.
Pelaku pasar yang merasa rupiah sudah relatif murah kembali memburu mata uang Tanah Air. Akibatnya rupiah mampu menguat meski dalam kisaran terbatas.
Technical rebound ini mengantar rupiah menjadi satu dari sedikit mata uang utama Asia yang mampu menguat di hadapan dolar AS. Selain rupiah, hanya yuan China, dolar Taiwan, ringgit Malaysia, dan peso Filipina yang nangkring di zona hijau.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:18 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Kebalikan dengan rupiah, dolar AS kini terkoreksi karena sudah menguat cukup signifikan. Pada pukul 08:20 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,03%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini melesat hampir 1%.
Dolar AS mungkin sekarang sudah dinilai kemahalan. Investor yang tergoda mencairkan keuntungan yang sudah didapat sehingga dolar AS mengalami tekanan jual dan nilainya melemah.
Kemudian, data ekonomi terbaru juga tidak memihak dolar AS. Pembacaan awal Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur AS versi IHS Markit untuk periode Juli berada di angka 50. Ini merupakan yang terendah sejak September 2009.
Selepas rilis data ini, suara-suara bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) bisa memangkas suku bunga acuan 50 basis poin (bps) dalam rapat bulan ini kembali bermunculan. Meski belum dominan, tetapi harapan ke arah sana tidak bisa dikesampingkan.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga acuan sebesar 50 bps dalam rapat The Fed 31 Juli adalah 25,6%. Naik dari posisi kemarin yaitu 20,9%.
Sementara peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin masih lebih tinggi yaitu 74,5%. Namun kemungkinannya mengecil, karena kemarin masih 79,1%.
Dibayangi oleh kenaikan peluang pemangkasan suku bunga acuan yang lebih agresif, dolar AS pun mundur teratur. Sebab suku bunga rendah akan membuat imbalan berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (25/7/2019), US$ 1 dihargai Rp 13.985 kala pembukaan pasar. Rupiah menguat 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air selalu melemah sejak awal pekan hingga kemarin, alias tiga hari berturut-turut. Selama periode ini, depresiasi rupiah tercatat 0,43%.
Pelaku pasar yang merasa rupiah sudah relatif murah kembali memburu mata uang Tanah Air. Akibatnya rupiah mampu menguat meski dalam kisaran terbatas.
Technical rebound ini mengantar rupiah menjadi satu dari sedikit mata uang utama Asia yang mampu menguat di hadapan dolar AS. Selain rupiah, hanya yuan China, dolar Taiwan, ringgit Malaysia, dan peso Filipina yang nangkring di zona hijau.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:18 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Kebalikan dengan rupiah, dolar AS kini terkoreksi karena sudah menguat cukup signifikan. Pada pukul 08:20 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,03%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini melesat hampir 1%.
Dolar AS mungkin sekarang sudah dinilai kemahalan. Investor yang tergoda mencairkan keuntungan yang sudah didapat sehingga dolar AS mengalami tekanan jual dan nilainya melemah.
Kemudian, data ekonomi terbaru juga tidak memihak dolar AS. Pembacaan awal Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur AS versi IHS Markit untuk periode Juli berada di angka 50. Ini merupakan yang terendah sejak September 2009.
Selepas rilis data ini, suara-suara bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) bisa memangkas suku bunga acuan 50 basis poin (bps) dalam rapat bulan ini kembali bermunculan. Meski belum dominan, tetapi harapan ke arah sana tidak bisa dikesampingkan.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga acuan sebesar 50 bps dalam rapat The Fed 31 Juli adalah 25,6%. Naik dari posisi kemarin yaitu 20,9%.
Sementara peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin masih lebih tinggi yaitu 74,5%. Namun kemungkinannya mengecil, karena kemarin masih 79,1%.
Dibayangi oleh kenaikan peluang pemangkasan suku bunga acuan yang lebih agresif, dolar AS pun mundur teratur. Sebab suku bunga rendah akan membuat imbalan berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular