
Kemesraan AS-China Selamatkan Bursa Asia dari Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 July 2019 18:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,41%, indeks Shanghai melejit 0,8%, dan indeks Hang Seng naik 0,2% menyambut damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang kian dekat.
Melansir CNBC International, beberapa sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa delegasi AS akan segera bertandang ke China guna mempercepat proses penandatanganan kesepakatan dagang. Menurut sumber tersebut, delegasi AS akan bertolak ke China di antara hari Jumat (26/7/2019) hingga Kamis (1/8/2019).
Kabar gembira ini datang pasca kedua negara sebelumnya saling menunjukkan iktikad baik guna mendinginkan suasana. Melansir Bloomberg, pada Senin (22/7/2019) waktu setempat Presiden AS Donald Trump mengundang pimpinan perusahaan teknologi AS untuk membahas berbagai isu ekonomi termasuk kemungkinan dibukanya lagi izin melakukan penjualan ke Huawei.
Google, Broadcom, Cisco, Intel, dan Qualcomm termasuk dalam deretan perusahaan yang pimpinannya hadir untuk menemui Trump. Dari pertemuan ini, AS diketahui akan mengkaji kemungkinan untuk melonggarkan sanksi yang diberikan kepada Huawei.
"Mereka (para pimpinan perusahaan teknologi) meminta keputusan dari Kementerian Perdagangan terkait dengan lisensi (untuk menjual ke Huawei) dalam waktu dekat dan Presiden setuju," tegas Juru Bicara Gedung Putih Judd Deere, dilansir dari Bloomberg.
Sementara itu, media milik pemerintah China menyebut bahwa pelonggaran atas sanksi yang dikenakan kepada Huawei akan membuat pihak China melanjutkan pembelian atas kedelai dan komoditas pertanian asal AS lainnya.
Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa mengakhiri perang dagang antar keduanya yang sudah berlangsung begitu lama, perekonomian dunia tentu bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi.
Di sisi lain, tekanan bagi bursa saham Asia datang dari rilis data ekonomi yang mengecewakan. Pada hari ini, pembacaan awal atas data Manufacturing PMI Jepang periode Juli 2019 diumumkan oleh Markit di level 49,6, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 49,7, seperti dilansir dari Forex Factory. Rilis data tersebut menandai kontraksi sektor manufaktur di Jepang selama tiga bulan beruntun.
Mengingat Jepang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia, tentulah tekanan yang dialami oleh perekonomian Jepang akan membawa dampak signifikan bagi perekonomian negara-negara lain.
Namun ya itu, kemesraan AS-China di bidang perdagangan sukses menyelamatkan bursa saham Asia dari zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Melansir CNBC International, beberapa sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa delegasi AS akan segera bertandang ke China guna mempercepat proses penandatanganan kesepakatan dagang. Menurut sumber tersebut, delegasi AS akan bertolak ke China di antara hari Jumat (26/7/2019) hingga Kamis (1/8/2019).
Kabar gembira ini datang pasca kedua negara sebelumnya saling menunjukkan iktikad baik guna mendinginkan suasana. Melansir Bloomberg, pada Senin (22/7/2019) waktu setempat Presiden AS Donald Trump mengundang pimpinan perusahaan teknologi AS untuk membahas berbagai isu ekonomi termasuk kemungkinan dibukanya lagi izin melakukan penjualan ke Huawei.
"Mereka (para pimpinan perusahaan teknologi) meminta keputusan dari Kementerian Perdagangan terkait dengan lisensi (untuk menjual ke Huawei) dalam waktu dekat dan Presiden setuju," tegas Juru Bicara Gedung Putih Judd Deere, dilansir dari Bloomberg.
Sementara itu, media milik pemerintah China menyebut bahwa pelonggaran atas sanksi yang dikenakan kepada Huawei akan membuat pihak China melanjutkan pembelian atas kedelai dan komoditas pertanian asal AS lainnya.
Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa mengakhiri perang dagang antar keduanya yang sudah berlangsung begitu lama, perekonomian dunia tentu bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi.
Di sisi lain, tekanan bagi bursa saham Asia datang dari rilis data ekonomi yang mengecewakan. Pada hari ini, pembacaan awal atas data Manufacturing PMI Jepang periode Juli 2019 diumumkan oleh Markit di level 49,6, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 49,7, seperti dilansir dari Forex Factory. Rilis data tersebut menandai kontraksi sektor manufaktur di Jepang selama tiga bulan beruntun.
Mengingat Jepang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia, tentulah tekanan yang dialami oleh perekonomian Jepang akan membawa dampak signifikan bagi perekonomian negara-negara lain.
Namun ya itu, kemesraan AS-China di bidang perdagangan sukses menyelamatkan bursa saham Asia dari zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Most Popular