Jamu Manis BI Cespleng, Rupiah Berkuasa di Asia dan Eropa!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 July 2019 13:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa rupiah benar-benar mengesankan hari ini. Selain menguat di hadapan dolar AS, rupiah juga perkasa terhadap mata uang utama Asia dan Eropa.
Pada Jumat (19/7/2019) pukul 13:10 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 13.910 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat tetapi 'cuma' 0,18%. Selepas itu, apresiasi rupiah kian menebal. Bahkan dolar AS sempat mampu dilengserkan ke bawah Rp 13.900.
Siang ini, berbagai mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Namun dengan apresiasi 0,32%, rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 13:13 WIB:
Namun kekuatan rupiah tidak sekadar kala berhadapan dengan greenback. Satu lawan satu dengan mata uang Asia, rupiah pun digdaya. Mulai dari yen Jepang hingga peso Filipina berhasil ditaklukkan.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap rupiah pada pukul 13:16 WIB:
Ternyata Asia belum cukup, rupiah ingin 'daerah kekuasaan' yang lebih luas. Beranjak ke Eropa, rupiah juga tidak terkalahkan. Melawan euro, poundsterling Inggris, sampai si safe haven franc Swiss, rupiah menguat.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Eropa terhadap rupiah pada pukul 13:18 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sepertinya 'jamu manis' dari Bank Indonesia (BI) berhasil membuat rupiah perkasa. Kemarin, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,75%. Ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menilai sudah saatnya bank sentral berperan dalam mempercepat momentum pertumbuhan ekonomi. Tanpa penurunan suku bunga acuan, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional bakal berada di bawah 5,2%.
Bahkan Perry memberi pesan bahwa penurunan kemarin bukan yang terakhir. Saat ini, kebijakan moneter BI sudah bias longgar dan ke depan pun masih akan begitu. Jadi, ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka, salah satunya dengan penurunan suku bunga acuan lebih lanjut.
Penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate diharapkan mampu menular ke suku bunga kredit perbankan. Ketika suku bunga kredit sudah turun, maka rumah tangga dan dunia usaha punya ruang untuk berekspansi sehingga mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.
Didorong oleh harapan pertumbuhan ekonomi domestik yang membaik. Investor kemudian memberi apresiasi terhadap rupiah. Sepertinya apresiasi itu berlanjut hari ini.
Meski suku bunga acuan turun, bukan berarti berinvestasi di Indonesia menjadi kurang menarik. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, Indonesia masih memberikan cuan yang lebih tinggi.
Misalnya, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun saat ini berada di 7,131%. Lebih tinggi dari instrumen serupa di negara-negara berkembang lainnya seperti India (6,387%), Thailand (1,97%), Malaysia (3,62%), sampai Filipina (4,947%). Apalagi kalau dibandingkan US Treasury Note, bagai bumi dan langit.
Oleh karena itu, arus modal masih masuk ke Indonesia meski BI menurunkan suku bunga acuan. Rupiah pun terus menguat hingga tidak terkalahkan di Asia dan Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Jumat (19/7/2019) pukul 13:10 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 13.910 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat tetapi 'cuma' 0,18%. Selepas itu, apresiasi rupiah kian menebal. Bahkan dolar AS sempat mampu dilengserkan ke bawah Rp 13.900.
Siang ini, berbagai mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Namun dengan apresiasi 0,32%, rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 13:13 WIB:
Namun kekuatan rupiah tidak sekadar kala berhadapan dengan greenback. Satu lawan satu dengan mata uang Asia, rupiah pun digdaya. Mulai dari yen Jepang hingga peso Filipina berhasil ditaklukkan.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap rupiah pada pukul 13:16 WIB:
Ternyata Asia belum cukup, rupiah ingin 'daerah kekuasaan' yang lebih luas. Beranjak ke Eropa, rupiah juga tidak terkalahkan. Melawan euro, poundsterling Inggris, sampai si safe haven franc Swiss, rupiah menguat.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Eropa terhadap rupiah pada pukul 13:18 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sepertinya 'jamu manis' dari Bank Indonesia (BI) berhasil membuat rupiah perkasa. Kemarin, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,75%. Ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menilai sudah saatnya bank sentral berperan dalam mempercepat momentum pertumbuhan ekonomi. Tanpa penurunan suku bunga acuan, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional bakal berada di bawah 5,2%.
Bahkan Perry memberi pesan bahwa penurunan kemarin bukan yang terakhir. Saat ini, kebijakan moneter BI sudah bias longgar dan ke depan pun masih akan begitu. Jadi, ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka, salah satunya dengan penurunan suku bunga acuan lebih lanjut.
Penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate diharapkan mampu menular ke suku bunga kredit perbankan. Ketika suku bunga kredit sudah turun, maka rumah tangga dan dunia usaha punya ruang untuk berekspansi sehingga mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.
Didorong oleh harapan pertumbuhan ekonomi domestik yang membaik. Investor kemudian memberi apresiasi terhadap rupiah. Sepertinya apresiasi itu berlanjut hari ini.
Meski suku bunga acuan turun, bukan berarti berinvestasi di Indonesia menjadi kurang menarik. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, Indonesia masih memberikan cuan yang lebih tinggi.
Misalnya, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun saat ini berada di 7,131%. Lebih tinggi dari instrumen serupa di negara-negara berkembang lainnya seperti India (6,387%), Thailand (1,97%), Malaysia (3,62%), sampai Filipina (4,947%). Apalagi kalau dibandingkan US Treasury Note, bagai bumi dan langit.
Oleh karena itu, arus modal masih masuk ke Indonesia meski BI menurunkan suku bunga acuan. Rupiah pun terus menguat hingga tidak terkalahkan di Asia dan Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular