Investor AS Masih Berjaga-Jaga, Wall Street Dibuka Melemah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 July 2019 20:47
Wall Street dibuka di zona merah pada pembukaan perdagangan Kamis (18/7/2019), menjadi koreksi yang ketiga hari beruntun.
Foto: REUTERS/Shannon Stapleton
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street dibuka di zona merah pada pembukaan perdagangan Kamis (18/7/2019), masih dipicu spekulasi kinerja keuangan emiten Amerika Serikat (AS) yang dikhawatirkan lebih buruk dari ekspektasi akibat efek perang dagang. 

Pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) melemah 0,3% (80,9 poin) tetapi kemudian susut menjadi hanya 0,25% (67,8 poin) ke 27.152,57 selang 15 menit kemudian. Sementara itu, indeks Nasdaq turun 0,13% (11 poin) ke 8.173,22 sedangkan indeks S&P 500 tertekan 0,1% (2,9 poin) ke 2.981,5.

Beberapa saham yang melemah di antaranya adalah IBM yang tertekan setelah melaporkan penurunan pendapatan selama 4 kuartal berturut-turut. Sementara itu, Morgan Stanley yang melaporkan kinerja di atas ekspektasi masih terkena aksi jual oleh para investor yang mengambil untung di tengah kekhawatiran efek perang dagang.

Menurut data FactSet, lebih dari 12% perusahaan terbuka yang menjadi konstituen indeks S&P 500 telah melaporkan laba bersih kuartal II-2019. Sekitar 84% di antaranya melaporkan kinerja di atas ekspektasi analis, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,1%.

"Kita bakal melihat perusahaan melaporkan laba bersih di atas ekspektasi. Ini akan menjadi katalis positif, tetapi tidak terlalu bagus," tutur Kate Warne, perencana investasi Edward Jones sebagaimana dikutip CNBC International.

Namun dia masih yakin bahwa The Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuannya bulan ini karena faktor pendorongnya kian bermunculan.

Kemarin, indeks Dow Jones ditutup melemah 0,42%, indeks S&P 500 jatuh 0,65%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 0,46%. Kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China akan memanas menjadi faktor yang memicu aksi jual di bursa saham AS.

Padahal sepekan sebelumnya, ketiga indeks tersebut mencetak rekor tertingginya sebelum kemudian memasuki musim laporan neraca keuangan di tengah bayang-bayang perang dagang.

Di sisi lain, jumlah warga AS yang mengajukan klaim manfaat pengangguran (akibat pemutusan hubungan kerja/PHK) meningkat 8.000 pada pekan lalu, menjadi 216.000. Angka ini terhitung masih rendah, yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan lapangan kerja masih terjaga bulan ini, setelah bulan lalu menyerap 224.000 pekerja baru.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular