
Perang Dagang Hingga Data Ekonomi Rontokkan Bursa Saham Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 July 2019 17:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini di zona merah: indeks Nikkei ambruk 1,97%, indeks Shanghai jatuh 1,04%, indeks Hang Seng melemah 0,46%, indeks Straits Times terkoreksi 0,11%, dan indeks Kospi berkurang 0,31%.
Ada dua faktor yang memicu aksi jual dengan intensitas yang besar di bursa saham Benua Kuning, yakni potensi memanasnya perang dagang AS-China dan rilis data ekonomi yang mengecewakan.
Potensi memanasnya perang dagang AS-China menjadi kian nyata pasca Wall Street Journal melaporkan bahwa proses negosiasi dagang AS-China kini mandek, seperti dilansir dari CNBC International. Penyebabnya, kedua negara tak mampu mencapai kata sepakat terkait dengan kasus Huawei.
Seperti yang diketahui, pada bulan Mei Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.
Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.
Sejatinya pasca Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Trump mengatakan bahwa dirinya akan melonggarkan sanksi yang diberikan terhadap Huawei.
Namun, hingga kini AS masih menimbang seberapa besar keringanan yang akan diberikan kepada raksasa pembuat perangkat telekomunikasi asal China tersebut.
Berbicara mengenai data ekonomi, pada hari ini ekspor Jepang periode Juni 2019 diumumkan anjlok 6,7% secara tahunan, lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 5,6% saja, dilansir dari Trading Economics.
Sementara itu, impor ambruk hingga 5,2% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan tipis sebesar 0,4%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Ada dua faktor yang memicu aksi jual dengan intensitas yang besar di bursa saham Benua Kuning, yakni potensi memanasnya perang dagang AS-China dan rilis data ekonomi yang mengecewakan.
Potensi memanasnya perang dagang AS-China menjadi kian nyata pasca Wall Street Journal melaporkan bahwa proses negosiasi dagang AS-China kini mandek, seperti dilansir dari CNBC International. Penyebabnya, kedua negara tak mampu mencapai kata sepakat terkait dengan kasus Huawei.
Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.
Sejatinya pasca Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Trump mengatakan bahwa dirinya akan melonggarkan sanksi yang diberikan terhadap Huawei.
Namun, hingga kini AS masih menimbang seberapa besar keringanan yang akan diberikan kepada raksasa pembuat perangkat telekomunikasi asal China tersebut.
Berbicara mengenai data ekonomi, pada hari ini ekspor Jepang periode Juni 2019 diumumkan anjlok 6,7% secara tahunan, lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 5,6% saja, dilansir dari Trading Economics.
Sementara itu, impor ambruk hingga 5,2% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan tipis sebesar 0,4%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Most Popular