Investor Waspadai Musim Neraca, Wall Street Dibuka Variatif

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
16 July 2019 21:19
Bursa AS berupaya keras menguat pada pembukaan Selasa di tengah musim laporan keuangan.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) berupaya keras menguat pada pembukaan perdagangan Selasa (16/7/2019), di tengah musim laporan keuangan yang dikhawatirkan bakal menunjukkan efek dari perang dagang ke neraca perusahaan.

Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) dan S&P 500 dibuka melemah tipis pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), sedangkan indeks Nasdaq tertekan 0,1%.

Selang 20 menit kemudian indeks Dow Jones berupaya menguat, sebesar 0,02% (6,7 poin) ke 27.365,85. Sementara itu, indeks S&P 500 dan Nasdaq kompak melemah sebesar 0,04% menjadi 3.013 dan 8.254,91.

Goldman Sachs melaporkan laba bersih per saham (EPS) dan pendapatannya pada kuartal II-2019 tercatat melampaui ekspektasi analis di tengah kuatnya kinerja dari divisi investment banking dan trading saham. Saham perseroan pun terkerek 1,3%.

J.P. Morgan Chase juga melaporkan kinerja yang melampaui ekspektasi. Namun, kinerja tersebut ditopang oleh keuntungan perpajakan yang diraih berkat audit "tertentu". Saham perseroan pun tertekan 0,1%.

Sejauh ini, menurut catatan FactSet, baru sekitar 5% dari perusahaan yang menjadi konstituen indeks S&P 500 melaporkan kinerja kuartal kedua. Dari jumlah tersebut, lebih dari 85% di antaranya melaporkan kinerja di atas ekspektasi.

Hanya saja, investor memperkirakan outlook laba korporasi AS bakal tertekan. Menurut data FactSet, analis mengekspektasikan bahwa laba bersih emiten S&P 500 tertekan 3% pada kuartal II-2019.

"Pertanyaan kuncinya adalah: apakah ketakpastian perdagangan membuat pelaku usaha membatalkan rencana investasi dan belanjanya sedemikian signifikan hingga menekan laba bersih?" ujar pendiri Sevens Report Tom Essaye dalam laporan riset, dikutip CNBC International.

Jika ada bukti bahwa pelaku usaha yang menggeluti sektor tak terkait dengan pasar China juga mulai konservatif, lanjut Tom, bakal ada capaian negatif dalam laba bersih perseroan AS di masa mendatang.

China dan AS telah menerapkan tarif terhadap produk ekspor masing-masing dengan nilai miliaran dollar sejak tahun lalu. Aksi ini memicu kekhawatiran bahwa ekonomi global bakal melambat. Bulan lalu, kedua belah pihak sepakat untuk tidak menaikkan tensi perang dagang tersebut dan kembali lagi ke meja perundingan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular