
Data China dan Panasnya Timur Tengah Angkat Harga Minyak
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 July 2019 08:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia naik tipis pada perdagangan pagi ini. Data perekonomian China dan dinamika Timur Tengah menyebabkan harga si emas hitam mampu menguat.
Pada Selasa (16/7/2019) pukul 09:09 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,13%. Sementara harga minyak jenis light sweet naik 0,27%.
Data-data ekonomi China menjadi sentimen positif bagi harga minyak. Pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu boleh 'hanya' 6,2% year-on-year (YoY) pada kuartal II-2019, laju terlemah dalam 27 tahun. Namun data lainnya memberi harapan.
Penjualan ritel di China pada Juni tumbuh 9,8% YoY, cukup jauh meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,6% YoY. Angka 9,8% menjadi yang terbaik sejak Maret 2018.
Kemudian produksi industri China pada Juni tumbuh 6,3% YoY, juga cukup jauh dibandingkan bulan sebelumnya yang naik 5%. YoY. Laju pertumbuhan Juni menjadi yang tertinggi sejak Maret.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa memang benar ekonomi China melambat. Namun bukan berarti aktivitas ekonomi di sana tidak ada geliat sama sekali. Data-data Juni yang membaik memberi harapan bahwa ekonomi China tidak akan mengalami hard landing.
China adalah perekonomian terbesar di Asia dan nomor dua dunia. Apabila ekonomi China masih bergerak, maka permintaan energi akan tetap tumbuh. Permintaan yang naik berarti harga pun bergerak ke utara.
Perkembangan hubungan AS-Iran yang masih panas dingin juga mempengaruhi harga minyak. Teheran membuka peluang untuk bernegosiasi dengan Washington, asal Presiden Donald Trump bersedia kembali ke perjanjian nuklir yang dibuat pada 2015. Iran juga mendesak AS untuk mencabut segala sanksi.
"Kami selalu percaya dengan kekuatan negosiasi. Jika mereka (AS) mencabut sanksi dan kembali ke kesepakatan (nuklir), kami siap membuka dialog dengan AS hari ini, sekarang, dan di mana saja," tegas Presiden Iran Hassan Rouhani, seperti dikutip Reuters.
Namun AS menanggapi ajakan Iran dengan dingin. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, pernyataan Rouhani sudah basi. Pernyataan serupa pernah diberikan kala pemerintahan Presiden Barack Obama.
"Presiden Trump tentu yang menjadi pembuat keputusan. Namun langkah-langkah yang dilakukan pemerintahan sebelumnya sudah selesai. Presiden Trump dan saya percaya bahwa itu (kesepakatan nuklir dengan Iran) adalah sebuah bencana," tegas Pompeo, seperti diwartakan Reuters.
Potensi konflik di Timur Tengah masih ada, situasi belum mendingin. Gesekan-gesekan masih bisa terjadi, dan bukan tidak mungkin berujung kepada konflik bersenjata alias perang. Amit-amit.
Suhu di Timur Tengah yang masih panas menyebabkan pasokan minyak dari wilayah tersebut bisa terganggu. Padahal Timur Tengah adalah wilayah penghasil minyak terbesar di bumi. Risiko gangguan produksi dan distribusi menyebabkan harga minyak bergerak naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Situasi Timur Tengah Bikin Harga Minyak Ogah Turun Banyak
Pada Selasa (16/7/2019) pukul 09:09 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,13%. Sementara harga minyak jenis light sweet naik 0,27%.
Penjualan ritel di China pada Juni tumbuh 9,8% YoY, cukup jauh meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,6% YoY. Angka 9,8% menjadi yang terbaik sejak Maret 2018.
Kemudian produksi industri China pada Juni tumbuh 6,3% YoY, juga cukup jauh dibandingkan bulan sebelumnya yang naik 5%. YoY. Laju pertumbuhan Juni menjadi yang tertinggi sejak Maret.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa memang benar ekonomi China melambat. Namun bukan berarti aktivitas ekonomi di sana tidak ada geliat sama sekali. Data-data Juni yang membaik memberi harapan bahwa ekonomi China tidak akan mengalami hard landing.
China adalah perekonomian terbesar di Asia dan nomor dua dunia. Apabila ekonomi China masih bergerak, maka permintaan energi akan tetap tumbuh. Permintaan yang naik berarti harga pun bergerak ke utara.
Perkembangan hubungan AS-Iran yang masih panas dingin juga mempengaruhi harga minyak. Teheran membuka peluang untuk bernegosiasi dengan Washington, asal Presiden Donald Trump bersedia kembali ke perjanjian nuklir yang dibuat pada 2015. Iran juga mendesak AS untuk mencabut segala sanksi.
"Kami selalu percaya dengan kekuatan negosiasi. Jika mereka (AS) mencabut sanksi dan kembali ke kesepakatan (nuklir), kami siap membuka dialog dengan AS hari ini, sekarang, dan di mana saja," tegas Presiden Iran Hassan Rouhani, seperti dikutip Reuters.
Namun AS menanggapi ajakan Iran dengan dingin. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, pernyataan Rouhani sudah basi. Pernyataan serupa pernah diberikan kala pemerintahan Presiden Barack Obama.
"Presiden Trump tentu yang menjadi pembuat keputusan. Namun langkah-langkah yang dilakukan pemerintahan sebelumnya sudah selesai. Presiden Trump dan saya percaya bahwa itu (kesepakatan nuklir dengan Iran) adalah sebuah bencana," tegas Pompeo, seperti diwartakan Reuters.
Potensi konflik di Timur Tengah masih ada, situasi belum mendingin. Gesekan-gesekan masih bisa terjadi, dan bukan tidak mungkin berujung kepada konflik bersenjata alias perang. Amit-amit.
Suhu di Timur Tengah yang masih panas menyebabkan pasokan minyak dari wilayah tersebut bisa terganggu. Padahal Timur Tengah adalah wilayah penghasil minyak terbesar di bumi. Risiko gangguan produksi dan distribusi menyebabkan harga minyak bergerak naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Situasi Timur Tengah Bikin Harga Minyak Ogah Turun Banyak
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular