Kenapa Saham BRI Rekor & Diborong Asing? Ini Penjelasannya

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 July 2019 07:54
Kenapa Saham BRI Rekor & Diborong Asing? Ini Penjelasannya
Foto: Bank BRI. Dok.BRI
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang tahun ini, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbilang mengecewakan. Hingga penutupan perdagangan kemarin (11/7/2019), IHSG hanya naik tipis 3,59%.

Kinerja IHSG jauh tertinggal jika dibandingkan dengan kinerja indeks saham acuan negara-negara tetangga. Melansir data yang disajikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks Shanghai yang merupakan indeks acuan di bursa saham China melesat hingga 17% sepanjang tahun 2019.

Kemudian, indeks SETi (Thailand) melejit 11,4%, indeks PSEi (Filipina) menguat 9,2%, dan indeks Sensex (India) terapresiasi 7,64%.

Jika dihitung untuk periode semester I-2019, kinerja IHSG bahkan nyaris menjadi yang terburuk di kawasan Asia.


Namun, bukan berarti tak ada saham yang menjadi primadona investor. Salah satu saham yang banyak menjadi perbincangan pelaku pasar saham tanah air di sepanjang tahun ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin), harga saham bank dengan aset terbesar di tanah air tersebut membukukan kenaikan harga hingga 23,2%. Pada perdagangan kemarin, harga saham BBRI bahkan berhasil mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang masa yakni di level Rp 4.510/saham.

Investor asing berperan besar dalam mendongkrak kinerja saham BBRI. Sepanjang tahun ini, BBRI menjadi saham yang paling banyak dikoleksi oleh investor asing di pasar reguler dengan nilai bersih Rp 3,94 triliun, melansir data RTI.

Secara performa, bank besutan Suprajarto tersebut memang bisa dibilang kinclong. Berbicara mengenai laba bersih, dalam dua tahun terakhir (2017-2018) perusahaan terus membukukan pertumbuhan laba bersih yang semakin tinggi.

Pada tahun 2016, laba bersih perusahaan hanya tumbuh di kisaran satu digit yakni 3,3%. Pada tahun 2017 dan 2018, laba bersih perusahaan melejit menjadi masing-masing sebesar 10,5% dan 11,6%.

Pada kuartal I-2019, pertumbuhan laba bersih perusahaan kembali bisa dijaga di kisaran dua digit, yakni 10,3% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Stabilnya pertumbuhan laba bersih perusahaan ditopang oleh pertumbuhan di pos pendapatan bunga bersih/net interest income (NII) yang bisa terus dipertahankan di level dua digit.

Pada tahun 2016, NII melesat hingga 12,8%, disusul oleh kenaikan sebesar 11,7% pada tahun 2017. Pada tahun 2018, sejatinya NII tertekan lantaran hanya tumbuh 5,8%. Namun begitu, pertumbuhan laba bersih kembali bisa dipertahankan di kisaran dua digit.

Lebih lanjut, daya tarik BBRI yang lain datang dari keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan margin bunga bersih/net interest margin (NIM) di level yang tinggi.

Sebagai informasi, NIM merupakan selisih dari bunga yang didapatkan perbankan dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah, dibagi dengan total aset yang menghasilkan bunga. Semakin besar NIM, maka tingkat profitabilitas sebuah bank akan semakin besar.

Bahkan, tak berlebihan jika NIM dikatakan sebagai 'nyawa' dari operasional sebuah bank. Dengan NIM yang lebih besar, sebuah bank bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi kala menyalurkan kredit dalam besaran yang sama.

Jika dibandingkan dengan bank BUKU IV lainnya di tanah air, NIM dari BBRI merupakan yang tertinggi.

Kedepannya, saham BBRI bisa terus menjadi primadona di kalangan pelaku pasar. Saat ini, perusahaan tengah berada di jalur yang tepat untuk meluncurkan super-app pertama di Indonesia untuk sektor finansial.

Kalau di sektor transportasi, rasanya kita semua mengenal yang namanya Go-jek. Berawal sebagai penyedia layanan pemesanan ojek berbasis aplikasi, Go-jek dengan cepat merambah lini-lini lain di bidang transportasi. Tak hanya merambah moda transportasi roda empat, kini layanan pesan-antar makanan hingga paket pun bisa didapatkan dengan berapa kali sentuhan di aplikasi Go-jek.

Saat ini, BBRI diketahui memiliki berbagai anak usaha yang bergerak di sektor finansial yang sangat mungkin jika layanannya diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi.

Jika berbicara mengenai asuransi jiwa, BBRI memiliki BRI Life.  Jika berbicara mengenai multifinance, BBRI memiliki BRI Multifinance Indonesia. Kemudian, BBRI kini merupakan pemegang saham mayoritas dari Danareksa Sekuritas. Masih ada banyak lagi anak usaha dari BBRI yang layanannya bisa diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi.

Ketika super-app diluncurkan nantinya, pendapatan usaha dan pendapatan berbasis komisi (fee-based income) perusahaan akan berputar di antara BRI sebagai induk dan sejumlah anak usahanya. Di sisi lain, ada peluang yang besar untuk melakukan penghematan biaya lantaran sinergi antar anak usaha bisa menekan biaya seperti biaya pemasaran (marketing).

Dengan basis jumlah rekening nasabah BRI yang mencapai 70 juta, di mana 50 juta di antaranya tergolong aktif, maka pemasaran bisnis anak usaha seharusnya bisa dilakukan dengan lebih mudah. Sebaliknya, nasabah dari anak usaha juga memiliki peluang untuk menjadi nasabah BBRI atau nasabah dari anak usaha lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular