Jelang Paparan Powel, Wall Street Kembali Dovish

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
10 July 2019 19:25
Kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 diimplikasi melemah 57,49 dan 7,88 poin. Sementara futures Nasdaq diimplikasi turun 18,36 poin.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa-bursa utama di Wall Street terindikasi melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (10/7/2019).

Pelaku pasar global bersikap waspada sambil menunggu paparan dari Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell mengenai indikasi langkah selanjutnya yang akan diambil bank sentral paling kuat di dunia tersebut terkait kebijakan suku bunga acuan AS (federal funds rate/FFR).

Pada pukul 19:02 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 diimplikasi melemah masing-masing 57,49 dan 7,88 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq diimplikasikan turun 18,36 poin.

Pada hari Rabu waktu setempat, selama dua hari, Powell dijadwalkan akan memberikan penjelasan terkait situasi ekonomi terkini dan resiko yang dihadapi oleh Negeri Paman Sam di depan Dewan Komite Jasa Keuangan.

Namun, besar kemungkinan Powell juga akan membiarkan pelaku pasar, termasuk Gedung Putih, tentang seberapa cepat dan seberapa besar The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan akhir Juli mendatang.

Melansir CME Fedwatch, proyeksi yang saat ini beredar di pasar adalah 97,6% probabilitas adanya penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (0,25%), dan 2,4% peluang bahwa suku bunga akan tetap berada di kisaran 2,25-2,5%.

"Saya pikir pasar tampaknya membelah ke arah pesan yang kurang dovish dari Powell daripada proyeksi yang lazim beberapa minggu yang lalu," ujar Ahli Strategi Senior Bank of New York Mellon, Neil Mello, dikutip dari Reuters.

Sebagai informasi, satu minggu lalu, CME Fedwatch mencatat terdapat 100% peluang bahwa The Fed akan memangkas FFR pada pertemuan Juli, dimana 70,8% probabilitas penurunan 25 basis poin, dan 29,2% probabilitas penurunan 50 basis poin.

Lebih lanjut, semalam, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan Bank Sentral AS sedang memperdebatkan resiko dan manfaat dari membiarkan ekonomi Negeri Adidaya tersebut berjalan 'sedikit lebih panas', dilansir CNBC International.

Ungkapan yang disampaikan Bostic secara tidak langsung mengindikasikan perlunya penurunan suku bunga untuk dapat mendongkrak aktifitas bisnis.

Selain itu, secara terpisah, Presiden The Fed Kansas Esther George mengutarakan bahwa inflasi AS tidak mungkin bergejolak dalam waktu dekat, tetapi mempertahankan suku bunga yang rendah dalam jangka panjang dapat menciptakan kondisi keuangan yang stabil, dilansir CNBC International.

Pada hari ini investor akan mencermati rilis paparan Jerome Powel terkait laporan moneter semester AS pada pukul 21:00 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/dwa) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular