Gara-gara The Fed, Gairah Investor Gagal Membuncah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 July 2019 16:35
Gara-gara The Fed, Gairah Investor Gagal Membuncah
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kini tidak lagi melemah. Sepertinya aura damai dagang AS-China efektif mengurangi kegalauan pelaku pasar. 

Pada Rabu (10/7/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.125 kala penutupan pasar. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan. 

Padahal rupiah sudah melemah sejak pembukaan pasar. Jelang tengah hari, depresiasi rupiah memang semakin tipis tetapi belum sampai habis. 

Selepas tengah hari, rupiah semakin menipiskan pelemahannya. Akhirnya rupiah finis di zona netral, sebuah pencapaian yang lumayan. 

 

Seperti halnya rupiah, beberapa mata uang utama Asia juga mampu bangkit dan melawan dolar AS. Bahkan di antaranya mampu menguat seperti yuan China, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan dolar Taiwan. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:05 WIB: 

 

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Pergerakan rupiah (dan mata uang Asia lainnya) diapit oleh dua sentimen besar. Pertama adalah penantian pasar terhadap agenda yang melibatkan Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed. 

Investor menanti paparan Ketua The Fed Jerome 'Jay' Powell di depan Komite Perbankan Senat pada Rabu pagi waktu Washington atau malam hari ini WIB. Paparan diagendakan berlangsung dua kali, yang kedua adalah Kamis pagi waktu Washington atau besok malam WIB. 

Dari paparan ini, investor akan mendapat pencerahan mengenai pandangan The Fed terhadap prospek ekonomi AS. Apakah pemulihan ekonomi masih solid dan on-track? Atau ada risiko besar yang membuat perlambatan ekonomi menjadi sebuah keniscayaan? 

Investor juga ingin mendapatkan petunjuk soal arah kebijakan suku bunga acuan ke depan. Jika The Fed masih optimistis terhadap perekonomian Negeri Paman Sam, maka penurunan suku bunga acuan mungkin tidak akan terlalu agresif. Namun kalau The Fed melihat ada risiko besar di perekonomian AS yang membutuhkan respons kebijakan moneter, maka pelaku pasar boleh berharap Federal Reserves bisa dipangkas lumayan dalam. 

Kemudian ada rilis notula rapat (minutes of meeting) komite pengambil kebijakan The Fed atau Federal Open Market Committee/FOMC edisi Juni. Dalam rapat tersebut, Powell dan rekan memang mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5%. Namun pelaku pasar ingin menggali lebih dalam bagaimana 'suasana kebatinan' di sana. 

Apakah para petinggi The Fed semakin dovish dan siap menurunkan suku bunga secara agresif? Atau justru masih ada benih-benih optimisme sehingga pelonggaran kebijakan moneter belum diperlukan?  

Begitu banyak pertanyaan seputar The Fed yang ingin dicari jawabannya dalam dua agenda tersebut. Sembari menunggu, investor memilih bermain aman dan memeluk dolar AS.  


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Namun ada sentimen yang membuat pelaku pasar sedikit (sedikit saja, tidak usah banyak-banyak) pede yaitu kembalinya aura damai dagang AS-China. Mengutip Reuters, tim negosiator AS dan China telah berbicara via telepon untuk menindaklanjuti hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Osaka (Jepang) akhir bulan lalu. 

Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer-Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sudah berkomunikasi dengan Wakil Perdana China Liu He-Menteri Perdagangan China Zhong Shan. Lawrence 'Larrry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyebut pembicaraan itu berjalan dengan baik dan konstruktif. 

"Tidak ada keajaiban. Kita ingat situasi membaik pada musim dingin dan musim semi yang lalu, tetapi kemudian terhenti. Semoga kita bisa melanjutkan apa yang sudah dilakukan sebelumnya," kata Kudlow. 

Harapan damai dagang AS-China kembali merekah dan membuat investor agak bergairah. Namun gara-gara The Fed, gairah itu tidak sampai membuncah.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular