
Antisipasi Paparan Powell, Wall Street Terindikasi Melemah
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
09 July 2019 20:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa-bursa utama di Wall Street terindikasi memulai perdagangan di zona merah hari ini (9/7/2019) seiring dengan sikap waspada pelaku pasar yang menunggu paparan Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) Jerome Powell kepada kongres pada Rabu (10/7/2019) waktu setempat.
Pada pukul 19:40 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 diimplikasi melemah masing-masing 97,14 dan 10,6 poin. Sementara itu, kontrak futures Nasdaq diimplikasi turun 37,54 poin. Pelaku pasar sedang resah sambil menantikan laporan moneter semester-an yang akan disampaikan oleh Powell.
Paparan tersebut setidaknya akan memberikan sinyal apakah The Fed menurunkan suku bunga acuan AS dalam waktu dekat. Hal ini mengingat baru-baru salah satu indikator penentu arah kebijakan moneter AS, yaitu data tenaga kerja, memberikan hasil yang cukup kokoh.
"Nasib (pasar) saham akan berkaitan erat dengan penetapan suku bunga dimana saham (sebelumnya) telah menguat atas ekspektasi pemangkasan suku bunga yang agresif. Musim (laporan) pendapatan AS juga menjadi fokus dengan musim (pelaporan) pekan depan," ujar Tapas Strickland Direktur Ekonomi dan Pasar di National Australia Bank, dilansir CNBC International.
Melansir situs CME Fedwatch, pelaku pasar telah memperhitungkan besarnya probabilitas penurunan suku bunga AS pada bulan Juli mencapai 100%. Dengan kata lain, The Fed tidak akan mengambil posisi bertahan lagi.
Di lain pihak, Washington dan Beijing diprediksi dapat kembali berseteru karena Pentagon mengumumkan pada Kongres bahwa besar kemungkinan akan melakukan penjualan senjata besar-besaran senilai US% 2,2 miliar ke Taiwan. Termasuk di antaranya menjual tank, pesawat anti-rudal, dan peralatan militer terkait.
Negeri Tiongkok kemudian meminta AS untuk membatalkan penjualan senjata tersebut dan menuduh AS mencampuri urusan dalam negeri China. Seperti diketahui, kebijakan Beijing menuliskan bahwa China akan menolak hubungan diplomatik dengan negara manapun yang mengakui pulau itu (Taiwan) sebagai negara berdaulat.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan kepada wartawan bahwa penjualan senjata "secara serius melanggar prinsip Satu-China", dan "sangat mencampuri urusan dalam negeri China dan merusak kedaulatan dan kepentingan keamanan China," dilansir CNBC International.
Pada hari ini investor akan mencermati rilis data lapangan kerja AS bulan Mei pada pukul 21:00 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Sektor Perbankan Nanjak Lagi, Wall Street Melesat Lagi
Pada pukul 19:40 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 diimplikasi melemah masing-masing 97,14 dan 10,6 poin. Sementara itu, kontrak futures Nasdaq diimplikasi turun 37,54 poin. Pelaku pasar sedang resah sambil menantikan laporan moneter semester-an yang akan disampaikan oleh Powell.
Paparan tersebut setidaknya akan memberikan sinyal apakah The Fed menurunkan suku bunga acuan AS dalam waktu dekat. Hal ini mengingat baru-baru salah satu indikator penentu arah kebijakan moneter AS, yaitu data tenaga kerja, memberikan hasil yang cukup kokoh.
Melansir situs CME Fedwatch, pelaku pasar telah memperhitungkan besarnya probabilitas penurunan suku bunga AS pada bulan Juli mencapai 100%. Dengan kata lain, The Fed tidak akan mengambil posisi bertahan lagi.
Di lain pihak, Washington dan Beijing diprediksi dapat kembali berseteru karena Pentagon mengumumkan pada Kongres bahwa besar kemungkinan akan melakukan penjualan senjata besar-besaran senilai US% 2,2 miliar ke Taiwan. Termasuk di antaranya menjual tank, pesawat anti-rudal, dan peralatan militer terkait.
Negeri Tiongkok kemudian meminta AS untuk membatalkan penjualan senjata tersebut dan menuduh AS mencampuri urusan dalam negeri China. Seperti diketahui, kebijakan Beijing menuliskan bahwa China akan menolak hubungan diplomatik dengan negara manapun yang mengakui pulau itu (Taiwan) sebagai negara berdaulat.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan kepada wartawan bahwa penjualan senjata "secara serius melanggar prinsip Satu-China", dan "sangat mencampuri urusan dalam negeri China dan merusak kedaulatan dan kepentingan keamanan China," dilansir CNBC International.
Pada hari ini investor akan mencermati rilis data lapangan kerja AS bulan Mei pada pukul 21:00 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Sektor Perbankan Nanjak Lagi, Wall Street Melesat Lagi
Most Popular